Sanca adalah designer buku Harian Jambore, buku catatan yang akan dibagikan pada peserta Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air.  Pembuatan buku tulis  ini merupakan bagian dari unit usaha Sekolah Ekonomi Demokratik (SDE). Selain buku tulis beragam desain dan ukuran, mereka juga membuat kartu-kartu – termasuk kartu nama, menyediakan beragam kertas dan membuat berbagai jenis minuman jamu herbal seperti  minuman kunyit asam dan kencur. Unit usaha inilah yang mendukung pembiayaan  kegiatan SDE.

Mengapa ia memilih desain bukunya bergambar benang dan bukit-bukit? “Saat membaca judul acara ini, saya langsung ingat tenun dan Mollo. Perempuan-perempuan yang berusaha berjuang menyelamatkan bukit batu dengan menenun”, ujarnya.

Lebih lanjut Sanca menjelaskan makna gambarnya.

Dalam Jambore ada tiga isu, ‘Perempuan,’ ‘pejuang’ dan ‘tanah-air,’ yang merupakan tiga konsep besar dengan kompleksitas pemaknaannya sendiri-sendiri. Dalam kompleksitas itu, saya melihat adanya semacam irisan antara yang ‘natural’ dan  ‘kultural.’ Dari sini, saya mulai membayangkan bagaimana membuat visualisasi yang dapat menggambarkan itu. Lalu, saya teringat tentang perjuangan perempuan-perempuan Mollo di  kabupaten Timor Tengah Sealatan (TTS) – Nusa Tenggara Timur yang melawan perusakan alam (ruang hidup). Perempuan-perempuan perkasa itu menghadang alat-alat berat yang akan memasuki dan menghancurkan ruang hidup mereka, ‘hanya’ dengan melakukan aksi ‘menenun,’ sesuatu yang sangat ‘kultural.’ Aksi ini sepintas terlihat ‘sederhana’ namun sarat dengan makna simbolik, sekaligus terasa sangat ‘organik.’

Aksi yang dilakoni perempuan-perempuan dan orang Mollo yang dipimpin Aleta Baun pada umumnya didasari filosofi dan cara memandang identitas diri kolektif mereka yang menyatu dengan alam. Diri manusia Molo menyatu dan melebur bersama gunung, pohon, batu dan air. Dan ‘aksi menenun’ para perempuan Molo seperti merangkum kompleksitas relasi manusia-alam, dan mewujudkannya dalam laku keseharian.

Ilustrasi untuk sampul buku mungil ini, sepenuhnya terinspirasi dari aksi para perempuan Molo. Demikian juga dengan elemen-elemen visual yang hadir dalam ilustrasi ini, hanya merupakan visualisasi sederhana dari filosofi orang Molo.

Buku ini akan dibagikan kepada peserta Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air di Pesantren Ath-Thariq pada 14-16 Juli 2017.  Tak hanya itu, Mama Aleta Baun – perempuan yang memimpin perjuangan Mollo akan menyampaikan tutur  politiknya di Jambore tepatnya pada 16 Juli 2017.

Info lebih lanjut  jambore silahkan buka http://pejuangtanahair.org/jambore/

(TIM)