Hasil panen secang, serai dan mint Pesantren Ath Thaariq Garut
(Foto: http://pesantrenekologi.blogspot.co.id

Pernah menikmati nasi bunga telang dengan telur goreng pegagan sebagai lauknya? Atau mengkonsumsi mie goreng sagu oyong plus tahu isi kenikir? Ah, nama kuliner yang asing di telinga, membayangkan saja tidak apalagi mengkonsumsinya. Kuliner-kuliner itu hanyalah sebagian kecil dari yang bisa dinikmati saat Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air di Pesantren Ath Thaariq, Garut, Jawa Barat pada 14-16 Juli 2017.

Setiap hari, peserta akan diajak merasakan bagaimana kebaikan alam menyediakan pangan melalui kekayaan kuliner nusantara.  Menu masakan tak melulu bergantung pada beras, sebagai sikap untuk menghargai keragaman pangan Indonesia sebagai negara kepulauan. Nasi hanya disediakan untuk makan siang hari, sementara pagi dan malam waktunya umbi-umbian, biji-bijian dan sagu.

Seluruh makanan yang disajikan di Jambore diproduksi sendiri oleh Pesantren Ath Thaariq, yang mengajarkan pertanian ekologis pada santri-santrinya. Pesantren yang didirikan 2009 ini memanfaatkan lahan seluas 7.500 m2 menjadi beberapa zona, yaitu area persawahan, kebun tanaman pangan, peternakan, dan juga pembenihan.

Pendiri Pesantren Ath Thaariq, Nissa Wargadipura, bercerita, hidangan sarapan pagi secara khusus dipimpin oleh Noer Fauzi Rahman bersama ibu-ibu binaan pesantren. “Bapak Noer Fauzi Rahman selain di Kantor Staf Presiden (KSP) juga guru di pesantren Ath Thaariq,” kata Nissa kepada Sajogyo Institute. Sementara makan siang melibatkan santri-santri pesantren yang telah memiliki pengetahuan soal makanan lokal.

Apa pesan berbagai kuliner dari pangan lokal itu? Pesannya adalah upaya menuju ekonomi mandiri dan keluarga sehat melalui revolusi meja makan. Sebab meja makan mewakili ruang di mana proses produksi, distribusi dan konsumsi pangan berujung. Konsep ketahanan pangan seharusnya memberikan dukungan massal terhadap pertanian agroekologi untuk memenuhi konsumi pangan keluarga hingga skala negara.

Bila Anda sudah terdaftar sebagai peserta Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air, catat menu-menu dari bahan pangan lokal yang siap menggoyang lidah:

1) Mie goreng sagu oyong
2) Telur goreng pegagan
3) Sambal merah, sambal matah,
4) Pisang rebus daun mint
5) Sop sayur singkong pucuk daun gambas
6) Perkedel tahu daun kunyit
7) Nasi Ungkep temulawak
8) Sambal goreng tempe mint
9) Orak arik telur kelor
10) Nasi bunga telang
11) Loto daun talas-teri
12) Tahu isi kenikir
13) Buntil jarak pagar
14) Pepes ikan mas surawung gunung
15) Bakwan daun bayam
16) Nasi Jagung
17) Sayur lodeh binahong jantug pisang
18) Pecel BBKT (Binahong, Bayam, Kenikir & Taoge)
19) Ayam merah rosella
20) Bala bala antaman
21) Terong balado katatuncaran
22) Perkedel tahu ruku-ruku
23) Urap sambung nyawa

(TIM)