Rara Fotovoice
Betaua – Landscape Desa Betaua yang dibelah dengan jalan Tran-Sulawesi menghubungkan beberapa Kabupaten di Sulawesi Tengah, Parigi, Poso, Touna, Luwuk Bangai.
Bekas Timbunan Pelabuhan – Nampak bekas timbunan pelabuhan PT. Ina Touna Mining
Mesin – Mesin ini berfungsi memisahkan antara biji jagung dengan tongkolnya, masyarakat menyebutnya mesin perontok jagung. Dulu sebelum adanya mesin ini petani menggunakan tangan untuk mengeluarkan jagung dari tongkolnya, kemudian menggunakan balok dengan bantuan besi sebagai alat bantu mempercepat proses pemisahan. Mesin perontok ini masuk sejak tahun 2014 di Betaua, melaui kelompok tani. Setiap petani yang menggunakan jasa ini membayar dengan potongan 75% perton kemudian dikalikan dengan harga jagung perkilo.
Perempuan Pemecah Batu – Sebelah Kanan YN, kiri NS perempuan Suku Taa yang bekerja serabutan di Bumi Betaua, selain menjadi buruh tani, mereka juga perempuan pencari Nike (ebi), juga sebagai pemecah batu sungai jika ada pesanan. Ukuran batu yang dipecah bervariasi, biasanya berukuran 5×3, 2×3. Pemesan diwaktu itu adalah orang Bugis, batu untuk pembuatan empang untuk budidaya udang. YN dan NS, medapatkan upah Rp.150.000,- Persetiap kubik dan dibagi dua dari hasil tersebut.
Kupas Jagung – Perempuan buruh tani, sedang mengupas jagung, mereka di upah oleh Rp.20.000 /hari oleh si pemilik jagung tanpa biaya makan. Tidak hanya pengupas jagung biasanya para perempuan ini mejadi buruh tani, membersihkan rumput yang tumbuh di antara jagung dengan alat pembersih tradisonal. Di sebut dengan basube. Mereka menjadi buruh hanya pada saat musim tanam dan musim panen. Jagung hasil panen ini tidak dapat dinikmati oleh pemilik jagung,. Selain harganya sangat murah, jagung jenis ini tidak bisa dikonsumsi, karena mengandung pestisida. Perempuan pengupas jagung terpaksa menggunakan kaos tangan, karena tongkol jagung yang sangat keras, dan gatal. Dua hari melakukan kegiatan mengupas jagung, Nenek WT terpaksa menggunakan kaos tangan, karena tangannya luka dan terjadi infeksi.
Asam – Asam jawa (Tamarindus Indika). Buah polong dari Afrika Timur ini sangat banyak tumbuh di Betaua. Petani mengenal jenis tumbuhan ini sejak tahun 1990an. Seiring berjalannya waktu asam Jawa tumbuh dengan sendirinya meskipun tidak di tanam. Bagi perempuan Betaua asam hanya berfungsi sebagai penambah rasa asam pada makanan dan lauk pauk. Asam jawa juga menjadi mata pencaharian para perempuan Betaua. Asam kemudian dijual ke daerah-daerah dengan harga yang berbeda. Di Pancuma se harga Rp.5.000,- perkilo, Poso seharga Rp. 25.000 dan Palu 35.000 pekilo.
Buruh Tani – Mama AR, (Jilbab Hitam) dan teman-teman sedang istrahat setelah menanam jagung milik tetangganya. Nenek yang menggunakan topi petani (toru) pernah ditemukan warga terjatuh dan hampir pingsan di dekat sungai, setelah pulang dari menjadi buruh tani di kebun Mama AR. Para buruh tani ini di upah menanam Rp.25.000/hari. Petani jagung ini juga bertingkat-tingkat, ada yang petani kaya, petani sederhana, dan petani miskin papa. Petani miskin papa terlihat dengan jumlah jagung yang mereka tanam, dan hanya menanam jagung dengan cara meminjam tanah milik petani kaya. Mama Arwina termasuk petani yang kaya. karena sudah beberapa kali ia menanam jagung, tanpa meminjam dari uang dari tengkulak, dan ia juga memiliki tanah yang luas, sehingga banyak petani msikin yang menjadi buruh tani padanya.
Jaring Nike – Alat menjaring nike (Ikan halus). Dulu masyarakat menggunakan bambu sebagai jaring. Penduduk melihat musim nike melalui kalender alam, yakni bulan 28-30 di langit, juga melihat dari tanda-tanda alam, seperti hadirnya serangga hitam yang mereka sebut Ongo di sekitar lampu penerang. Penjaring ini milik rakyat miskin sederhana, sementara rakyat miskin papa hanya menggunakan tangan atau alat tradisional untuk mengambil ikan teri. Kadang rakyat papa yang menggunakan alat tradisional diusir. Dilarang mengambil ikan teri di sekitar jaring oleh rakyat miskin sederhana.
Grobak – Dulunya gerobak ini menggunakan bantuan sapi sebagai penarik, namun setelah masuknya bantuan traktor, maka diubahlah traktor menjadi alat penarik gerobak.
Mencari Tiram – Kami bersama Mama AR dan suaminya, mencari tiram. Menurut Mama AR, dulu tempat ini sangat banyak ditemukan tiram.Namun, sekarang sudah sangat susah didapat, setelah perluasan arena tambak.
Tambak – Menurut Papa Oc, salah satu buruh di tambak Milik Sdra. Er. Tempat ini dibongkar untuk membuat aliran air laut masuk ke dalam tambak.
Anak-Anak Belajar – Ini adalah suasana belajar di balai Desa. Tanggal 20 Mei 2016. Anak-anak yang hadir berjumlah 30 orang. Kami telah menyepakati waktu membaca pada hari Jumat sore dan pada hari Minggu sore. Tanpa mengganggu jadwal belajar mereka di Madrasah Ibtidaiyah.
Ikan Bendeng – Ini adalah Mama JM, pencari bibit ikan Bandeng. ia berasal dari Desa Uekuli. Menurut Mama JM sebelum adanya pelabuhan milik PT. Ina Touna Mining, ikan bandeng sangat banyak di temukan. Namun setalah adanya pelabuhan tersebut bibit ikan bandeng semakin berkurang. Bahkan sampai perusahaan itu tidak lagi beroperasi, bibit ikan pun tetap berkurang. Gambar ini di potret oleh SS (15 tahun). Menurut SS ia baru kali ini melihat cara orang mencari bibit ikan Bandeng. Bibit ikan bandeng ini dijual kepada bos di Uekuli dengan harga Rp 20.000,- per ekor.
Kelapa – Ia sedang mengeluarkan kelapa yang sudah kering dari tempurung kelapa. Proses pengelolahn kelapa secara tradisional menurut Kai sudah lama dilakukan. Sebelumnya kelapa yang sudah dipanjat, dikupas, dibelah menjadi dua, kemudian di susun secara terbalik seperti yang telihat dalam gambar. Kemudian di bawah kolong tempat pengelolaan ini di nyalakan api, yang bahan bakarnya dari kulit kelapa tersebut. Setelah satu malam dibakar, barulah kelapa ini dikeluarkan dari tempurungnya. Kata Kai, kelapa yang sudah dibakar ini mesti di pilih lagi mana yang kering dan yang mentah. Yang mentah harus dibakar kembali. Kai juga mengeluhkan tentang harga Kopra yang turun. Kelapa yang telah jadi kopra kemudian dijual pada tengkulak dengan harga Rp. 8.500 /kilo.
Pemulihan Tanah – Pemulihan tanah pasca penggusuran.Menunggu dijadikan persawahan, petani menanami jagung. Lokasi persawahan ini dulunya adalah lokasi perkebunan asam jawa, namun karena pemerintah memaksakan program irigasi dan percetakan sawah, sehingga ratusan asam warga terpaksa ditebang. Ketidakpastian irigasi ini juga menjadi kerisauan warga, yang tidak tahu menahu kapan lokasi perkebunan mareka diubah menjadi persawahan.
Air Bersih – Sulitnya air bersih membuat perempuan yang tinggal di kebun mesti mencari air di tempat jauh
Daun Pandan – Foto ini di ambil ketika kami pergi mengambil daun pandan atau Lambori.Perempuan ini menceritakan bagaimana sulitnya proses mengambil daun pandan tersebut. Kami harus memasuki hutan dan menebang batang-batang daun pandan pilihan.
Pameran Tikar – Antusias peremuan Betaua mengikuti pameran Rumah Katu di Poso.Mereka datang dengan harapan agar tikar anyaman mereka ini dapat dikenal oleh publik. Melalui kegiatan ini, membangun kepercayaan diri perempuan Betaua. Sehingga mereka mampu berbicara di depan umum.
Perempuan Dan Lambori – Kemudian perempuan-perempuan ini memikul daun lambori ini, untuk melanjutkan pekerjaan pembersihan daun pandan di rumah.
Kue Peso – Makanan ini bernama “Peso” dalam bahasa Taa. Makanan yang terbuat dari pisang rebus . Pisang kemudian di tumbuk dan dicampurkan dengan kelapa yang telah diparut. Pisang sudah sangat langkah di Betaua. selain petani sudah jarang menanam pisang, juga karena pengaruh iklim di saat panas. Sekitar enam bulan dalam setahun Betaua diterpa angin barat, yang mengakibatkan banyak tanaman yang mati termasuk pisang. Sehingga kadang mereka membeli pisag di Poso dan kemudian dijual kembali di Betaua.Foto ini di ambil oleh Mama Mita.Ia ingin menyampaikan pesan, bahwa inilah makanan khas Betaua yang terbuat dari bahan dasar pisang.
Lansia – Penampilan ibu-ibu lansia dalam acara HUT RI. Ibu-ibu lansia ini sangat bersemangat dalam menyanyikan lagu. Padahal menurut Mama MT, ibu-ibu lansia ini tidak latihan sebelumnya. Karena pemberitahun yang mendadak kepada mereka. Tetapi ibu-ibu ini mampu tampil dan menyanyi di depan. Kemudian mereka bersemangat untuk mengikuti lomba keluar Desa.
Pewarna Kimia – Proses pewarnaan yang masih menggunakan pewarna kimia. Ibu-ibu belum menyadari akan dampak dari pewarna kimia ini. Namun kadang mereka merasakan sesak di dada.
Seni Beladiri – Tidak hanya menganyam yang ditampilkan oleh masyarakat Desa Betaua. Mereka juga menampilkan seni beladiri. “Kantao” adalah seni beladiri yang diwariskan oleh nenek moyang suku Lalaleyo. Tarian ini sudah tidak banyak yang mempelajarinya. Seperti halnya dipenampilan.Lawan dari Papa AB adalah ibu yang berasal dari Desa Banano.
Mandi Oli – AC, dan kawannya setelah mengikuti lomba panjat pinang, walaupun tidak berhasil sampai ke puncak dan bermandikan oli. (sebab pohon pinang dilumuri oli) mereka merasa bahagia, karena berhasil mendorong teman meraka untuk mencapai puncak dan mendapatkan hadiah yang dibagi rata oleh para panitia (hadiahnya berupa makanan ringan yang digantungkan di atas pohon pinang, berupa snack, buku dll).
Hut RI – Semarak HUT RI ke 71 yang dilaksanakan di Desa Betaua . Pula dimeriahkan oleh kegiatan Panjat Pinang, yang pesertanya adalah anak-anak. Anak-anak didorong untuk mencapai ujung tiang Pohon Pinang dengan cara bergotong royong saling menopang satu sama lain untuk salah satu dari mereka harus mencapai puncak dan mencapai tiang bendera, kemudian mengambil hadiah yang sudah disediakan oleh panitia. Menurut Mama Fh, ia tidak memberi izin kepada anaknya, untuk mengikuti lomba panjat pinang tersebut, dengan alasan hanya akan menyiksa tubuh sang anak , karena dalam proses awalnya saling menginjak satu sama lain, serta hadiah yang didapatpun tak sebanding.
Siri Hutan – Daun Sirih Hutan, menurut Mama WJ ketika kita pergi mengambil daun pandan lambori, untuk dijadikan tikar. Daun Sirih ini sangat banyak kegunaannya. Selain untuk mengobati penyakit kewanitaan (keputihan) juga dapat mengobati mata yang terkena katarak, jerawat, juga akarnya dapat mengobati penyakit dalam, seperti paru-paru, juga dapat menyembuhkan sengatan lebah.
Akar Kucing – Obat tradisional yang berfungsi mengobati penyakit batu ginjal, usus Buntu, kencing batu serta keputihan. Cara pengelolaannya. Bagian akar kucing ini direbus dengan beberapa obat tradisional lainnya. Kemudian air rebusan dari akar kucing tersebut ditiriskan kemudian diminum saat hangat-hangat.
Sampah – Foto ini diambil oleh Mustafa (12 tahun).Dalam foto ini, ia ingin menyampaikan bagaimana sampah di kampungnya banyak berserakan. Lokasi ini berada di halaman belakang sekolah Ibtidaiyah.
Sampah Di Pemukiman – Tempat pembuangan sampah yang terletak di sekitar rumah penduduk. Sampah-sampah yang berserakan ini adalah sampah yang dihasilkan pada acara Maulid. Anak-anak setelah menerima materi tentang sampah yang disampaikan oleh Komunitas Sahabat Pulau. Kesadasaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan masihlah minim. Sehingga masih banyak titik-titik lokasi di Desa menjadi pembuangan sampah. Bahkan penduduk masih sangat sering membuang sampah di sungai.
Ikat Bawang – 60 orang ibu-ibu ini diupah Rp. 50.000/ hari tidak termasuk makan siang. Pekerjaan mengikat bawang ini belum lama digeluti oleh ibu-ibu Betaua. Ibu-ibu Betaua menuturkan bahwa hadirnya pertanian bawang ini dapat memberikan mereka lowongan pekerjaan. Pekerjaan mengikat bawang ini, tidaklah setiap hari dilakukan, hanya pada saat panen. Mama AR menuturkan pekerjaan ini hanya dilakukan pada saat mereka sedang tidak panen jagung. Dan bukan sebagai pekerjaan tetap, hanya sebagai pengisi waktu.
Tempat Pengolahan Kelapa – Tempat pengelolaan kelapa. Tempat ini dipakai secara bersama-sama di dalam masyarakat, tetapi hanya bagi mereka yang memiliki kelapa dalam jumlah yang banyak. Namun, agak sulit bagi para petani kelapa yang memilki kelapa dalam jumlah yang sedikit. Mereka terpaksa mengelolah kelapa secara manual dan menunggu matahari untuk mengeringkan kelapa. Menurut Papa GL, saat sekarang sudah sangat sulit mendapatkan kelapa, orang yang memilki kelapa berarti orang yang dianggap kaya atau mampu dikalangan masyarakat. Kelapa juga telah dikuasai oleh tengkulak. Para tengkulak membeli kelapa pada petani biasanya karena petani tersebut tak lagi mampu membayar utangnya pada tengkulak.
Kerja Bakti – Kegiatan kerja bakti, adalah salah satu program pengurus RISMA (Remaja Islam Mesjid) yang baru. Setelah rapat penyusunan program kerja, anggota Risma memperbaiki pagar Puskemas Desa. Laki-laki memperbaiki pagar, dan anggota yang perempuan memasak gorengan dan membuat minum, serta membersihkan ruang puskesmas.
Gagal Panen – Jagung Mama AR yang gagal panen, seluas 2,5 Hektar. Gagal panen karena kering dan kerdil akibat terkena musim panas. Juga terserang hama tikus. Ini kali pertama petani mendapatkan serangan hama tikus, setelah mendapatkan serangan hama belalang. Salah satu rantai makanan terputus, akibat maraknya pembalakan hutan untuk pembukaan lahan, dan masifnya pembukaan lahan untuk penanaman bawang yang membutuhkan lahan yang bersih dan terbuka.
Jemur Nike – Kagiatan menjemur ikan nike. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh para perempuan. Sedang para lelaki bertugas untuk pergi menjual bila nike tersebut sudah kering. Sedang dalam proses mengambilan nike dilakukan secara bersama-sama.
Pasar Tradisional – Pasar tradisional ini terletak di Desa Tayawa., yang berjarak sekitar 10 Km dari Desa Betaua. Pasar ini ramai di kunjungi pada hari kamis. Tidak hanya sebagai tempat berdagang bagi perempuan-perempuan yang ada di Kecamatan Tojo, tetapi juga menjadi tempat untuk mereka saling bersilaturhami. Para penjual yang banak juga yang berasal dari hulu, dan bila sore tiba, mereka memilih untuk menukar dagangan mereka dengan kebutuhan yang lainnya. Misalnya, dengan pisang ditukar dengan jagung , ikan ditukar dengan beras.
Kebun Kolektif – Membangun solidaritas melalui kebun kolektif. Selama enam bulan kebun ini kami bangun bersama. Mama UD yang menjadi pelopor dalam pembangunan kebun keloktif ini sangat untuk mengumpulkan orang dan memberikan contoh akan pentingnya menanam dan memanfaatkan pekarangan. Ia kemudian dikucilkan karena dianggap sok pintar yang ingin mengajarkan ibu-ibu tentang pemanfaatan pekarangan. Saat itu kami di anggap melampaui kewenangan ibu Kepala Desa sebagai ketua PKK. Karena salah satu program PKK adalah pemanfaatan pekarangan. Ia kemudian dikucilkan dalam masyarakat, dengan isu bahwa ia adalah perempuan yang tidak memiliki pendidikan dan seorang janda. Di kebun ini kami tanami aneka sayuran, (kangkung, kacang merah, sere, kacang panjang, sayur lilin, terong, rica, tomat). Mama UD Berharap ketika ia membangun kebun di halaman belakang rumahnya ibu-ibu di sekitar rumah dapat berbuat sepertinya. Setidaknya tidak lagi membeli rica di pasar. Namun, kesadaran ini, hanya mama UD yang memiliki, tetangganya hanya mengucilkan dan menertawakan pekerjaannya, dengan anggapan bila menanam hanya akan di makan oleh ayam, kambing, sapi, bahkan babi. Olehnya saya dan Mama UD memagari kebun tersebut. Setelah beberapa kali panen, tetangga sekitar pun ikut menikmati. Selang beberapa bulan Mama UD, memiih untuk bekerja di Poso sebagai pelayan di rumah makan milik keluarga Jator Di Betaua. Keputusan itu diambilnya karena ia mesti membiayai anak pertamanya yang sudah duduk di bangku SMP, dan anak bungsunya yang sudah masuk Sekolah Dasar.
Jaga Ternak – Jauhnya lokasi perkebunan dan rumah tempat tinggal perempuan, menjadikan perempuan sulit untuk menempuh ladang dan merawat tanaman yang ada di kebun. Tidak hanya berkebun, Ibu ini juga bertugas menjaga hewan ternah dan mencari makanan.
Nike – Membersihkan nike dari rumput-rumput dan batu-batu kecil yang ikut saat dambil dari air. Ternyata tidak hanya nike yang ada pada saat musim nike ada juga udang, ebi, dan ikan kecil yang mirip buaya, cacing dan ikan kecil-kecil lainnya. Sehingga orang-orang percaya nike adalah ikan yang keluar dari telur ikan hiu. Sebab bila musim nike tiba, terdapat lima –enam ekor ikan paus atau yang mereka sebut ikan Karyango yang datang bertelur ke pesisir pantai Betaua.