Oleh: TC
“Assalamualaikum, perkenalkan, nama saya Tuti Alawiyah. Kalo di sini pada kenal saya itu ustadah, ustad ngajlengka sawah”. Begitu dIa memperkenalkan dirinya. SebagIa hadirin yang bisa berbahasa Sunda, termasuk saya, tentu langsung tertawa. Orang-orang di kampung memanggilnya “Umi Tuti”. Sehari-hari, Ia memang ngajleng ke sawah—bertani, dan bersama ibu-ibu lain bergabung dalam kelompok tani di Kampung Nyungcung.

Bagaimana akhirnya kami bisa bertemu dengan Umi Tuti? Sebelumnya kami; saya, Nila, Dila, dan Mbak Mai tiba di Parigi, Selasa, 29 Maret 2016, bertemu dan belajar bersama para pemuda dan seorang saja pemudi di Pesantren Ekologis Biharul Ulum. Laras menyusul—kami berempat tiba siang dan Ia baru sampai ke tempat selepas Isya. Ia membawa peralatan yang dapat memudahkan penyampaian bekal materi lokalatih. Ya, kami di sini untuk belajar dan berlatih, mengenali krisis sosIalekologis dari dekat. Selengkapnya: Pradewi TC_Nyungcung_170416_Edit Tata&Nila