Abstraksi
Indonesia kini menjadi negara pengeksport minyak sawit yang menguasai sekitar 40% dari total produksi sawit dunia1. Entah pihak swasta maupun petani sama-sama menggenjot produksinya untuk tetap mecapai permintaan pasar. Hanya saja ekspansi sawit yang kian meluas pada kenyataannya merubah ruang hidup dan masyarakat didalamnya. Daerah Lalundu kecamatan Rio Pakava, Sulawesi Tengah, mengalami perubahan ekologi yang masif seiring dengan konsesi perusahaan sawit yang kian progresif. Pergantian dari kakao menjadi sawit secara bersamaan merubah struktur ekologi dan sosial didalamnya. Sejak tahun 1991 dengan dibukanya program transmigrasi memutlakkan perbesaran kapital perusahaan dan masyarakat lokal dalam kelompok sosial tertentu. Sampai saat ini ekspansi sawit sejogyanya mempersempit ruang produksi pangan petani. Proses pemiskinan mutlak terjadi akibat hilangnya akses dan kontrol terhadap faktor-faktor produksi. Perempuan pada khususnya menjadi aktor yang paling dirugikan. Perempuan akhirnya dihadapkan pada beban kerja ganda yaitu kerja domestik dan produksi. Semakin sempitnya akses dan kontrol perempuan berbanding terbalik dengan beban kerja yang dirasakan perempuan.[content_protector password=”12345″] Catatan Etnografi 8_Tirza_230516 [/content_protector]