Syahdan, pada masa yang telah lampau, bai-bai dan nenek-nenek tidak bisa menumbuhkan apapun di kebun. Bai dan Nenek yang tak bernama membawa serta putri tertuanya ke kebun, mengorbankan anaknya dengan membakar tubuhnya di batu. Batu itu kemudian dinamai Fatu Tunli Ana. Potongan tubuhnya disebar di kebun.[content_protector password=”12345″]Baca Selengkapnya =>Catatan Etnografi 10_TC[/content_protector]