Nining Fotovoice

Badau mulai berlalu-Foto ini saya ambil saat pulang dari Putussibau (11/03/16) bersama Sarah gadis dari Ulak Pauk. SR menunjukkan kepadaku lurus itu Badau. Iya memang tanpa ku tanyai sudah terlihat namun dari persimpangan ini ia ingin menunjukkan kalau Badau itu salah satu tempat mencari uang warga Ulak Pauk. Ia mulai bercerita kalau beberapa warga Ulak Pauk ke Badau tempat perusahaan sawit PT.Sinar Mas (Smart) dari 2008-2009. Mulai buka lahan banyak berminat menjadi buruh sawit. Sekarang jalanan tak seburuk dulu butuh seminggu sampai kesana. Sekarang bisa ditempuh dengan mengendarai motor dengan jarak tempuh kurang lebih 3-4 jam mengendarai motor. Badau tidak begitu menarik menurut Sarah, sekarang lebih banyak memilih ke Batang Lupar kecamatan Lanjak. Seperti keluarganya di tahun 2012.

Merintis tujuan kepersimpangan DesaKendaraan umum menuju simpang desa ini kuambil saat di terminal Kota Putus sibau. Mobil yang bias memuat lebih dari 20 orang penumpang. Tempat duduk sebagian dipenuhi dengan gas Malaysia yang kosong. Dengan penumpang yang tidak lebih dari 10 orang. Tarif Rp.50.000 sampai kesimpang Ulak Pauk. Tujuan utama kendaraan ini ke Kecamatan Badau. Sopir mobil membawa dengan kecepatan penuh. Sensasi terlempar dan bergeser posisi duduk terasa saat perjalanan. Mobil ini bias dikatakan tidak layak pakai karena polusi asap yang keluar dari knalpot begitu mengepul hitam dan berbau.

Mempertahan kebiasaan NgetamSalah satu aktivitas pertama ikut berladang bersama induk semangku didesa (25/02/16). Banyak kisah berawal dari lading ini. Mempertahankan alat konvensional seperti nge tam bukan karena tak ada pilihan tapi penghargaan masyarakat Ulak Pauk akan Piang Ambung (dewi padi) yang bersemayam di tiap batang padi.

Ngantor SoreKebiasaan minum tuak yang dilakukan masyarakat Ulak Pauk. Kebiasaan ini didominasi oleh kaum pria terutama bujang tidak sedikit para bapak-bapak setempat ikut minum bersama mereka. Kegiatan minum tuak dilakukan sehabis berburu atau berladang. Mulai ngantor sekitar jam 5 sore sampai tengah malam

Keladi untuk ternakPerempuan-perempuan di Ulak Pauk seperti tidak ada capeknya.  Memikirkan untuk perut keluarganya dirumah. Setelah mengambil kayu bakar di tepi lading dan beban tugas yang lain adalah member makan ternak seperti mengambil umbut keladi.  (07/03/16)

Meromok padiFoto yang kudokumentasikan (5/03/2016), Kegiatan setelah panen dibagasi motor Mama Lipa. Disana ada Pak Atoy, bu Santi dan anak-anaknya. Kegiatan ini dilakukan 2 hari dengan hasil lebih dari 10 karung gabah padi. Bu Santi dan kedua anaknya diupah oleh Mama Lipa 30-50 ribu per orang/hari plus konsumsi makan siang yang biasa mereka bawa pulang.

Kenangan Mama SubeProyek jalan selebar 12 meter sepanjang kurang lebih 4 km dari pemerintah merenggut tanah beberapa warga, salah satunya Mama Sube. Kutemani dia dipagi hari mengambil ubi di tanah yang akan dijadikan proyek jalan desa. Mama Sube meminta aku memotret tanahnya sebagai kenang-kenangan. Tanah yang selalu ditanami ubi ini menjadi tempatnya mengambil daun paku dan ubi untuk sayur dan digoreng untuk sarapan atau pendamping kopi disore hari. (12/04/16)

SembakoSembako dari negeri tetangga. Kec. Badau perbatasan dengan Malaysia, tempat produk-produk Malaysia disalurkankan. Dari desa Ulak Pauk menuju Badau tidaklah jauh sekitar 2-3 jam perjalanan. Pedagang-pedagang di desa lebih memilih belanja disana disbanding Putus sibau yang jarak tempuhnya kurang lebih sama. Bedanya di Badau menawarkan produk-produk dari Malaysia yang menurut warga lebih murah dan berkualitas disbanding produk negeri sendiri yang selisih harga Rp.3.000-50.000. contohnya gula dan minyak goreng yang beda Rp.5.000, tepung terigu beda Rp.3.000. warga sebagian besar lebih memilih bahan sembako dari Malaysia kecuali beras karena persediaan di desa sangatlah melimpah. 

Sepintas-Aktivitas perempuan dusun pala pintas Salah satu dusun yang harus dilalui dengan jalur sungai yaitu pala pintas. Disana penduduknya tidak sebnyak dua dusun yang lain. Dusun ini di dominasi oleh Suku Kantuk yang budaya dan bahasa yang sama sekali berbeda dengan suku Tamam baloh. Disana kutemui beberapa perempuan membuat lampit (karpet yang terbuat dari rotan).  (07/04/16)

Sekolah tanpa pendidikBangunan yang tegap dan luas ini bernama SD Pala Pintas yang muridnya berjumlah 3 orang darikelas 1 dan 2. Hari ini sepi karena guru yang ditugaskan tak datang. Guru yang bertugas berdomisili diluar dari dusun ini. Rumah dinas yang sediakan tidak lagi digunakan. Sebulan terakhir ini tak ada aktivitas disekolah ini. (07/04/16)

Gudang kreativitas (terbatas)-Fasilitas belajar dengan alat peraga sains, olah raga, bahasa asing yang lumayan lengkap digudang Cuma bisadilihat anak-anak tiap jam olah raga. Fasilitas lengkap bantuan dari pemerintah sejak 2012 ini sama sekali tidak dipergunakan dan dibiarkan berdebu.  Alasan guru disekolah karena tak ada yang pandai menggunakan sumbangan dari pemerrintah ini. Ada banyak CD peraga (Compact Disk) bias jadi acuan untuk mempelajari alat-alat peraga digudang ini.  (02/05/16)

MisePerempuan memimpin barisan. Pemandangan yang beda terlihat dilapangan hari ini anak perempuan kelas 5 memimpin barisan. Mise termasuk anak perempuan yang sangat percaya diri disbanding anak perempuan yang lain. Kali ini ia memberanikan untuk memimpin barisan. “bukan tak ada laki-laki” kata kepala sekolah . “Pihak sekolah tak membatasi tapi kita lihat anak perempuan kebanyakan tak seberani anak laki-laki untuk memimpin” tambahanya lagi.