Silabus Sekolah Ekofeminis Tanah Air

SETA Tuarang (Kemarau), Agustus- November 2021

Menautkan feminisme dan ekologi, ekofeminis berargumen bahwa dominasi terhadap perempuan dan perusakan lingkungan adalah konsekwensi dari sistem patriarki dan ekonomi kapitalis.

( Vandana Shiva, 2020; Susan Buckingham, 2011; Gaard, 2011, Thong, 1998)

Pada 1970-an, pemikiran ekofeminis lahir untuk merespon krisis sosial ekologis secara global dan menginspirasi perjuangan atas keadilan jender dan ekologi. Ekofeminis terus berkembang menjadi komitmen terhadap diri dan alam untuk memperjuangkan keadilan antar manusia dan keselamatan alam. Pada 2020, Kelompok Baca RubaPUAN menyediakan kelas bagi perempuan muda untuk memahami persoalan tanah air melalui pandangan ekofeminis. Proses ini terbukti membantu para aktivis perempuan muda untuk lebih aktif dalam kegiatan literasi, lebih kritis memahami  situasi tanah air, dan berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan gender dan ekologi.  

Pada 2021, RubaPUAN kembali menyelenggarakan pendidikan serupa yang diselenggarakan dua kali setahun, pada musim hujan dan tuarang (musim kemarau). RubaPUAN mengundang anak-anak muda yang tertarik memahami situasi tanah air melalui pemikiran  ekofeminis lewat membaca, diskusi kritis, kolaborasi literasi dan menulis esai. Pelajar akan dikenalkan dengan film, ceramah TED Talk, dan bacaan-bacaan penting dan terpilih, bekerja dalam kelompok, presentasi dan memandu diskusi, menyusun anotasi, membuat puisi bebas, postcard, kolase, papan cerita serta bentuk literasi lainnya. Sebagai tugas akhir, peserta diwajibkan menghasilkan tulisan esai 1000-1500 kata, yang kemudian akan dikemas juga dalam bentuk karya literasi pilihan untuk bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Karya literasi pilihan bisa podcast, video, komik, photostory atau bentuk lainnya. Harapannya, selain menghidupkan dunia literasi, para pelajar nantinya juga aktif sebagai pejuang keadilan gender dan  keadilan ekologi. 

Sekolah dibuka untuk umum, diprioritaskan untuk anak-anak muda, atau dengan pertimbangan tertentu pengampu sekolah. Pelajar terpilih akan mendapat beasiswa belajar (termasuk biaya internet untuk proses belajar jika dibutuhkan). Proses belajar mengedepankan prinsip kolaborasi, ‘care’,  refleksi dan resiprokal. Kegiatan belajar musim kemarau (Agustus- November 2021) secara daring. 

Peserta yang lolos seleksi dan wawancara akan mengikuti 13 kali kelas belajar tiap minggu dengan agenda: 5 (lima) sesi substansi , 5 (empat) Sesi Percakapan, 1 (satu) sesi belajar dari beragam tuturan, 1 (satu) sesi Bertemu Semesta, dan 1 (satu) Sesi Naketi, Haunoo Nsae.

Pendaftaran Paling lambat 12 Juli 2021, syaratnya:

  • Mengisi formulir pendaftaran melalui: bit.ly/SETATuarang
  • Membuat surat motivasi
  • Membayar biaya ‘kesungguhan dan administrasi*) Sekolah sebesar Rp50.000. ke rekening: 1974199102, Bank Syariah Mandiri Samarinda, atas nama Perkumpulan TKPT.

Materi  Sekolah Ekofeminis Tanah Air sebagai berikut:

Sesi 1. Pengantar: Ekofeminis dan Dekolonisasi Pengetahuan (07.08.2021)

Ekofeminis dan Dekolonisasi Pengetahuan
Terinspirasi kritik dekolonial Vandana Shiva, ekofeminis dari India terhadap ‘pemikiran yang seragam’ (“monoculture of mind”) dalam pembangunan yang mengagungkan pertumbuhan, sesi ini mengajak mendiskusikan dekolonisasi pengetahuan dan alasan mengapa Sekolah Ekofeminis Tanah Air ini diadakan. Sebelumnya, pelajar akan diminta mendengarkan/ membaca:

    1. ‘The danger of the single story’ (TED Talk, 2009), Chimamanda Ngozi Adichi, 
    2. ‘Buah Pala, kolonialisme dan Korporasi Transnasional’(review buku, 2016), Siti Maimunah
    3. Feminisme Dekolonial dan Upaya Menampilkan Perjuangan Perempuan (Essay, 2020), Siti Parhani 
Sesi 2, 4, 6, 8 dan 10: Percakapan Ekofeminis Tanah Air

Ngobrol materi, curhat, “ghibah”, bercakap dan berdiskusi kritis isu ekofeminis terkini. Bercakap dan berbagi proses/progress menulis essay dan pembuatan produk literasi pendamping essay.

Sesi 3. Memahami Ekofeminis Tanah Air

Meskipun dikritik terlalu esensialis, karya Shiva dan Mies (1993) berjudul “Ecofeminist” adalah bacaan penting memahami 5W+1 H Ekofeminis. Mengapa penting menghubungkan ekofeminis dengan tanah air Indonesia beserta keragaman geografi, suku, bahasa, agama dan lainnya? Sebelumnya, pelajar akan diminta membaca:

Rujukan Utama: 

Ecofeminist, Introduction: Why We Wrote This Book Together (bab dalam buku, 2014), Maria Mies & Vandana Shiva

Rujukan Diskusi 

    1. Perempuan & Alam: Menuju Feminisme Ekososialis (Jurnal, 2021), Jess Spear
    2. Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan (jurnal, 2016), Daniel Susilo 
    3. We should all be a Feminist (TED Talk, 2017), Chimamanda Ngozi Adichie 
    4. Ekofeminis (Bab dalam buku, 1998), Rosemarie Putnam Thong
    5. Ekofeminis dalam Antroposen, Relevankah? (jurnal, 2018), Ni Nyoman Oktaria Asmarani 
Sesi 5. Bertemu dengan Tubuh Kedua dan Multispesies

Bagaimana rasanya berada di dalam dan di luar tubuh kita? Siapa tubuh? Banjir itu bagai tubuh kedua, kata Daisy Hilyard (2018), yang memperkenalkan istilah tubuh kedua. Sesi ini mengkritisi manusia sebagai pusat kehidupan (Antroposentris) dan ekonomi pertumbuhan yang menjauhkan hubungan antar manusia dan dengan alam. Pelajar diajak melihat alam dengan cara berbeda, sebagai tubuh kedua, ruang hidup multispesies. Lewat gagasan Hilyard tentang “tubuh kedua”, dan pemikiran Harraway (2017) tentang “pembagian kerja multispecies”, pelajar diajak memahami keterkaitannya dengan krisis iklim dan pandemik. 

Rujukan Utama:
The second body by Daisy Hildyard review – from winter floods to the origin of life’ karya Gavin Francis (2018) 

Rujukan Diskusi: 

    1. Ecological Reflection in the CoronaVirus (artikel, 2020) oleh Vandana Shiva 
    2. Diam dan dengarkan, (Film, 2020),  Anatman Pictures
    3. Kulit Putih, Kesan Cantik dan Pendisiplinan Tubuh Perempuan (essay, 2019), Fathimah  Fidzah Izzati 
    4. Sejarah Mikroba, Makanan Beku, dan Gelombang Feminisme (Essay, 2020) Nadya Karima Melati 
    5. Dewi Candraningrum: Feminisme Mestinya Tak hanya Sekedar Kata (wawancara, 2017), Oktaria Asmarani
Sesi 7. Memaknai Tanah Air : Politik Ekologi Feminis

Bagaimana Ekofeminis memahami krisis sosial ekologis di tanah air? Sesi ini mengajak pelajar memahami Politik Ekologi Feminis (Elmirst, 2015) untuk memahami persoalan tanah air. Perspektif Gender akan membantu memahami apa yang dialami rakyat, khususnya perempuan dalam berbagai ruang hidup (landscape), produksi – konsumsi, pengusiran (disposesi) – akumulasi kekayaan , dan lainnya. Pelajar juga akan diajak mendiskusikan tawaran-tawaran ekofeminis menyikapi krisis sosial ekologis. 

Rujukan Utama: 

Gender dan Politik Konsesi Agraria (laporan, 2014), Mia Siscawati & Neor Fauzi Rachman 

Rujukan Diskusi: 

1. Reklamasi Teluk Jakarta ditinjau dari Ekofeminis (jurnal, 2019), Restu Rahmawati & Firman
2. The Story of Stuff (film, 2011), The Story of Stuff Project
3. Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan D Susilo, A Kodir – Jurnal Politik, 2016
4. Surya Saluang, Didi Novrian, Risman Buamona, Meifita Handayani. 2014. Perampasan Ruang Hidup: Cerita Orang Halmahera. Bab 4 ( Ruang Hidup: Pembesaran Ekonomi dan Kehancuran Sosial-Ekologi)
5. Siti Maimunah & Mega Triyani (2020) Menjaga Komuning, Praktik Kelola Air Komunal di Sangkulirang-Mangkalihat

Sesi 9. Perlawanan Orang Biasa: Perlawanan yang Menubuh

Pelajar akan diajak mendiskusikan bentuk-bentuk perlawanan orang biasa, dari yang konfrontatif hingga dianggap kurang heroik, seperti dalam “Everyday form of resistance” nya Scott (2011). Lebih jauh, terinspirasi dari perlawanan perempuan yang dekat dengan aktivitas keseharian, pelajar akan diajak memikirkan tawaran ekofeminis: perlawanan tubuh kedua. 

Rujukan Utama: 

Tanah Ibu Kami (film, 2020), Geicko Project & Mongabay 

Rujukan Diskusi: 

  1.  Senjata Kaum Lemah, Perlawanan Sehari-hari Petambak Garam (jurnal, 2016), Yeti Rochwulaningsih 
  2. Dear Ejawale, or Ecofeminist Manifesto in Fiveteenth (buku, 2017), Chimamanda Ngozi Adichie
  3. Perlawanan Sehari-hari Bersama Nasi Aking dan Boenthelan (Essay, 2021) Vieronica Vabri Susanti
  4. Menganyam Cara Perempuan Jaga Hutan Batang Asai (artikel, 2020), Yitno Suprapto
  5. Perempuan dan Pegunungan Kendeng: Ekofeminisme dalam Gerakan Sosial Baru di Indonesia (artikel, 2016) Okie Fauzi Rachman
Sesi 10. Inspirasi dari Beragam Tuturan

Chimamanda Ngozi (2009), feminist dari Nigeria mengingatkan tentang “the danger of the single story”, yang membuat kita berkiblat ke barat, seolah kita tak punya cerita sendiri. Sesi ini akan mendiskusikan karya-karya literasi para pelajar seperti kumpulan anotasi bibliografi, artikel, postcard, photostory dan lainnya, sebagai bagian tugas akhir.

Sesi 11. Bertemu Semesta

Gagasan awal Bertemu Semesta adalah sebagai pertanggungjawaban Sekolah Ekofeminis Tanah Air dengan mendiseminasi pengetahuan yang didapatkan kepada publik. Bertemu semesta, menjadi ruang pelajar untuk berlatih dan bercakap-cakap dengan publik luas. Berkolaborasi dengan narasumber ahli ataupun panelis mempercakapkan konsep dan argumentasi.

Bentuk yang dibayangkan di awal adalah mengadakan Webinar, menyebarkan Essay yang ditulis peserta dan mendiskusikannya. Dalam Webinar, peserta akan hadir sebagai panelis yang akan mempresentasikan tulisannya dan ditanggapi oleh penanggap. Para pelajar SETA Tuarang akan mendiseminasikan dan mempercakapkan hasil belajar akhirnya kepada publik melalui diskusi webinar, atau bentuk lainnya.

Sesi 12. Naketi & Haunoo Nsae

Masyarakat adat Mollo melakukan Naketi sebagai ritual untuk berdamai dengan diri dan alam, mengakui kekurangan dan membuka diri, melakukan refleksi yang memungkinkan terbukanya jalan keluar. Naketi mengakui atau merefleksi hal-hal yang perlu kita perbaiki berkaitan dengan cara kita memperlakukan tubuh, orang lain dan memperlakukan alam. Sekolah Ekofeminis Tanah Air  mengadopsi makna dalam Naketi untuk melakukan refleksi dan menutup sekolah literasi musim hujan. NAKETI, mengakui atau merefleksi hal-hal yang perlu kita perbaiki berkaitan dengan cara kita memperlakukan tubuh, orang lain dan memperlakukan alam.Di Akhir musim belajar , tim pengampu akan bermusyawarah dan memberikan penilaian menyeluruh terkait proses belajar yang berjalan selama musim tersebut. RubaPUAN juga menyediakan sertifikat sebagai tanda kelulusan.

HAUNOO NSAE,  atau  dalam bahawa Dawam (NTT) bermakna terlahir kembali. Setelah mengikuti selurih proses belajar, diharapkan para pelajar terlahir kembali, memiliki pandangan yang lebih kritis dalam melihat persoalan tanah air khususnya terkait dengan pembangunan, keadilan ekologis dan keadilan jender.

Penilaian kelulusan merujuk: kehadiran dan keaktifan di di ruang kelas daring, penyelesaian tugas individu, ppenyelesaian tugas kelompok, penyelesaian naskah essay dan produk literasi pendamping esai