Silabus Sekolah Literasi Ekofeminis
MUSIM HUJAN, Februari – Mei 2021
Pada 1970-an, pemikiran ekofeminis lahir untuk merespon krisis sosial ekologis secara global dan menginspirasi perjuangan atas keadilan gender dan ekologi. Ekofeminis terus berkembang menjadi komitmen terhadap diri dan alam untuk memperjuangkan keadilan antar manusia dan keselamatan alam. Pada 2020, Kelompok Baca RubaPUAN menyediakan kelas bagi perempuan muda untuk memahami persoalan tanah air melalui pandangan ekofeminis. Proses ini terbukti membantu para aktivis perempuan muda untuk lebih aktif dalam kegiatan literasi, lebih kritis memahami situasi tanah air, dan tak ragu melakukan komitmen untuk memperjuangkan keadilan gender dan ekologi.
Pada 2021, RubaPUAN kembali menyelenggarakan pendidikan serupa dalam bentuk Sekolah Literrasi Ekofeminis. RubaPUAN mengundang anak-anak muda yang tertarik memahami situasi tanah air melalui pemikiran ekofeminis lewat membaca, diskusi kritis, kolaborasi literrasi dan menulis essay. Pelajar akan dikenalkan dengan film, ceramah TED Talk, dan bacaan-bacaan penting dan terpilih, bekerja dalam kelompok, presentasi dan memandu diskusi, menyusun anotasi, membuat puisi bebas, postcad, kolase, story boardserta bentuk literasi lainnya. Sebagai tugas akhir, peserta diwajibkan menghasilkan tulisan essay 1000-1500 kata, yang kemudian akan dikemas juga dalam bentuk audio sehingga bisa diakses dan dinikmati orang kampung. Harapannya, selain menghidupkan dunia literasi, ke depannya para alumninya aktif sebagai pejuang keadilan gender dan keadilan ekologi.
Sekolah ini akan dibuka untuk anak-anak muda berusia di bawah 35 tahun, atau dengan pengecualian. Pelajar terpilih akan mendapat beasiswa belajar (termasuk biaya internet , jika dibutuhkan). Proses belajar mengedepankan prinsip kolaborasi, ‘care’, refleksi dan resiprokal. Sekolah dibuka untuk umum dan calon pelajar akan diseleksi. Kegiatan belajar diselenggarakan dua kali dalam setahun, selama 4 bulan di musim hujan (Februari – Mei 2021) dan di musim kemarau (Juli – Oktober) secara daring. Pendaftaran musim hujan dibuka pada bulan Desember 2020.
Peserta yang lolos seleksi dan wawancara akan mengikuti 8 kali kelas belajar tiap dua mingguan dengan alur sebagai berikut:
Sesi 1. Pengantar: Antara Ekofeminis, Dekolonisasi dan Jurnalisme
Terinspirasi kritik dekolonial Vandana Shiva, ekofeminis dari India terhadap ‘pemikiran yang seragam’ (“monoculture of mind”) dalam pembangunan yang mengagungkan pertumbuhan, sesi ini mengajak mendiskusikan dekolonisasi pengetahuan dan alasan mengapa Sekolah Literasi ini diadakan. Sebelumnya, pelajar akan diminta mendengarkan/ membaca:
- ‘The danger of the single story’ (TED Talk, 2009) karya penulis dan feminis Nigeria, Chimamanda Ngozi Adichi,
- ‘Buah Pala, kolonialisme dan Korporasi Transnasional’(review buku, 2016), review Siti Maimunah atas buku ‘Nathaniel’s Nutmeg’ kaya Giles Milton (2005), versi Bahasa Indonesia ‘Pulau Run, Magnet rempah-rempah Nusantara yang ditukar dengan Manhattan’ .
- Feminisme Dekolonial dan Upaya Menampilkan Perjuangan Perempuan (Essay, 2020), Siti Parhani
Sesi 2. Bercakap dengan Vandana Shiva: Memahami Ekofeminis
Meskipun dikritik terlalu esensialis, karya Shiva dan Mies (1993) berjudul “Ecofeminist” adalah bacaan penting memahami 5W+1 H Ekofeminis. Sebelumnya, pelajar akan diminta membaca:
Rujukan Utama:
Ecofeminist (bab dalam buku, 2014), Maria Mies & Vandana Shiva
Rujukan Diskusi
- Ekofeminis Transformatif (jurnal, 2007), Tyas Retno Wulan
- Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan (jurnal, 2016), Daniel Susilo
- We should all be a Feminist (TED Talk, 2017), Chimamanda Ngozi Adichi
- Seratus Tahun Feminisme di Indonesia (Laporan,2017), Gadis Arivia & N. Imam Subono
- Ekofeminis dalam Antroposen, Relefankah? (jurnal, 2018), Ni Nyoman Oktaria Asmarani
Sesi 3. Multispisies & Pertemuan dengan Tubuh Kedua
Banjir itu bagai tubuh kedua, kata Daisy Hilyard (2018), yang memperkenalkan istilah tubuh kedua. Sesi ini mengkritisi manusia sebagai pusat kehidupan (Antroposentris) dan ekonomi pertumbuhan yang menjauhkan hubungan antar manusia dan dengan alam. Pelajar diajak melihat alam dengan cara berbeda, sebagai tubuh kedua, ruang hidup multispisies. Lewat gagasan Hilyard tentang “tubuh kedua”, dan pemikiran Harraway (2015) tentang “pembagian kerja multispecies”, pelajar diajak memahami keterkaitannya dengan krisis iklim dan pandemik.
Rujukan Utama:
The second body by Daisy Hildyard review – from winter floods to the origin of life’ karya Gavin Francis (2018)
Rujukan Diskusi:
- Ecological Reflection in the Corona Virus (artikel, 2020) oleh Vandana Shiva
- Limbah Hari Kasih Sayang (essay, 2013), Siti Maimunah
- Kulit Putih, Kesan Cantik dan Pendisiplinan Tubuh Perempuan (essay, 2019), Fathimah Fidzah Izzati
- Sejarah Mikroba, Makanan Beku, dan Gelombang Feminisme (Essay, 2020) Nadya Karima Melati
- Dewi Candraningrum: Feminisme Mestinya Tak hanya Sekedar Kata (wawancara, 2017), Oktaria Asmarani
Sesi 4. Ekologi Politik “Tanah Air”
Rujukan Utama:
Gender dan Politik Konsesi Agraria (laporan, 2014), Mia Siscawati & Neor Fauzi Rachman
Rujukan Diskusi:
- Reklamasi Teluk Jakarta ditinjau dari Ekofeminis (jurnal, 2019), Restu Rahmawati & Firman
- The Sexy Killers (film, 2018), Watchdog
- Memahami Disposesi dan Kuasa Eksklusi dalam Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Melalui Tutur Perempuan (jurnal, 2014), Mia Siscawati
- The Story of Stuff (film, 2011), The Story of Stuff Project
- Beruh dan Mon Thoe, Pengalaman Perempuan Memenuhi Pangan dalam Konflik Aceh, dalam “Perempuan di Tanah Kemelut” (bab dalam buku, 2018), Kasmoini
Sesi 5. Perlawanan “Orang biasa”: Perlawanan yang Menubuh
Rujukan Utama:
Tanah Ibu Kami (film, 2020), Geicko Project & Mongabay
Rujukan Diskusi:
- Resistensi Perempuan Papua di Lingkungannya dalam roman Isinga karya Dorothea Rosa Herliany (jurnal, 2016), Puji Retno Hardiningtyas
- Senjata Kaum Lemah, Perlawanan Sehari-hari Petambak Garam (, jurnal, 2016), Yeti Rochwulaningsih
- Dear Ejawale, or Ecofeminist Manifesto in Fiveteenth (buku, 2017), Chimamanda Ngozi Adichi
- Ekofemnisme dan Gerakan perempuan di Bandung (jurnal, 2017), Aquarini Priyatni, Mega Subekti, Indriana Rachman
- Dari Hutan ke Politik: Studi Terhadap Ekofeminisme Aleta Baun di Mollo, NTT (jurnal, 2020), Benediktus Lupe
Sesi 6. Inspirasi dari Beragam Tuturan
Chimamanda Ngozi (2009), feminist dari Nigeria mengingatkan tentang “the danger of the single story”, yang membuat kita berkiblat ke barat, seolah kita tak punya cerita sendiri. Sesi ini akan mendiskusikan karya-karya literasi para pelajar seperti kumpulan anotasi bibliografi, artikel, puisi, postcard, photostory dan lainnya, sebagai bagian tugas akhir.
Sesi 7. Bertemu Semesta (webinar, publik)
Gagasan awal Bertemu Semesta adalah sebagai pertanggungjawaban Sekolah Literasi RubaPUAN kepada publik dengan mendiseminasi pengetahuan yang didapatkan kepada public. Bertemu semesta, menjadi ruang berlatih dan bercakap-cakap bagi pelajar RubaPUAN dengan publik yang lebih luas. Berkolaborasi dengan narasumber ahli ataupun panelis mempercakapkan konsep dan argumentasi.
Bentuk yang dibayangkan diawal adalah mengadakan Webinar dan mendiskusikannya, serta menyebarkan Essay yang ditulis peserta. Dalam Webinar, peserta akan hadir sebagai panelis yang akan mempresentasikan tulisannya dan ditanggapi oleh penanggap. Para pelajar RubaPUAN akan mendiseminasikan dan mempercakapkan hasil belajar akhirnya kepada publik melalui diskusi webinar, atau bentuk lainnya. Bertemu semesta, menjadi ruang berlatih dan bercakap-cakap bagi pelajar RubaPUAN dengan publik yang lebih luas. Berkolaborasi dengan narasumber ahli ataupun panelis mempercakapkan konsep dan argumentasi.
Sesi 8. Naketi dan Wisuda
Masyarakat adat Mollo melakukan Naketi sebagai ritual untuk berdamai dengan diri dan alam, mengakui kekurangan dan membuka diri, melakukan refleksi yang memungkinkan terbukanya jalan keluar. Sekolah Literasi RubaPUAN mengadopsi makna dalam Naketi untuk melakukan refleksi dan menutup sekolah literasi musim hujan. NAKETI, mengakui atau merefleksi hal-hal yang perlu kita perbaiki berkaitan dengan cara kita memperlakukan tubuh, orang lain dan memperlakukan alam. Diakhir musim belajar , pengampu dan pengelola sekolah literasi RubaPUAN akan bermusyawarah dan memberikan penilaian menyeluruh terkait proses belajar yang berjalan selama musim tersebut. Hasil penilaian tersebut akan dibuatkan sebagai narasi dan di sajikan sebagai “ raport “ kelulusan para pelajar. RubaPUAN juga menyediakan sertifikat sebagai tanda kelulusan.
LULUS &WISUDA, Para pelajar RubaPUAN sepanjang musim belajar dibimbing oleh para penggampu. selain penggampu pengelola sekolah Literari RubaPUAN juga melakukan penilaian-penilaian yang akan menentukan kelulusan para pelajar nantinya di akhir musim. Penilaian dilakukan berdasarkan:
- Kehadiran peserta di ruang kelas
- Penyelesaian tugas kelompok
- Keaktifan peserta
- Penyelesaian naskah essay dan podcast
Tentang Ruang baca Puan dan silabus Sekolah Literasi Ekofeminis buka di https://pejuangtanahair.org/musim hujan-2021/
Pendaftaran paling lambat 11 Januari 2021 lewat: bit.ly/PendaftaranRBP
Siaran pers: Merayakan Hari Ibu 2021, Ruang Baca Puan Membuka Beasiswa Sekolah Literasi Ekofeminis
Nara Hubung: Sarah 0812-5556-7264, Salsabila 0877-7021-9200