Kristina Fotovoice

Kuburan – Dalam kuburan ini terdapat 5 atau lebih orang yang sudah meninggal. Bukan merupakan tradisi tetapi karena tanah sangat sedikit. Jika dikubur di hulu sangat jauh dan sulit diakses.

Numbuk Padi – Salah satu rangkaian upacara adat kematian orang punan adalah numbuk padi. Numbuk padi ini hanya bisa dilakukan oleh orang dari suku Punan itu sendiri. Jika ada orang luar tiba-tiba ikut numbuk padi maka akan didenda dengan membayar tempayan. Dahulu numbuk padi dilakukan untuk menghasilkan beras dan beras tersebut menghasilkan ketupat. Karena pada zaman dulu memang belum ada gilingan padi. Jadi masyarakat melakukan gotong royong untuk menumbuk padi ketika sudah dipanen. Saat ini karena sudah ada gilingan padi, maka numbuk padi dalam upacara ini pun masih tetap dilakukan. Hanya saja tidak sebanyak yang dibutuhkan. Karena beras bisa dibeli atau ditambah dengan beras yang digiling.

Seniang – Dalam upacara kematian orang Punan, setelah seseorang meninggal maka pada upacara terakhir mereka harus melakukan acara “nyangka”. Nyangka dilakukan untuk mengusir roh jahat yang mengikuti roh orang yang baru meninggal. Dalam acara nyangka juga sering dilakukan acara seniang yaitu untuk mengobati orang sakit. Pada saat seniang roh orang meninggal akan masuk ke tubuh manusia yang masih hidup melalui batang tersebut. Pada saat kerasukan maka roh orang meninggal melalui tubuh manusia tersebut akan mengobati orang sakit. Seniang masih dipercaya orang Punan dalam pengobatan orang sakit.

Kebun di Sekatak – Sebagian masyarakat berkebun di Sekatak untuk membantu memenuhi kebutuhan dapur mereka. Tanahnya tidak subur sehingga tanaman sulit tumbuh dan harus disirami pupuk.

Lahan – Perbatasan wilayah hutan Desa Punan Dulau dengan desa Bambang. Wilayah hutan desa Punan Dulau telah terpetakan. Dan saat ini Perusahaan INTRACA tidak lagi beroperasi di wilayah hutan adat masyarakat Punan. Meskipun sudah terpetakan dan perusahaan berhenti bukan berarti perusahaan tidak lagi memasuki wilayah tersebut. Hal ini karena melihat masih banyaknya masyarakat Dulau yang belum sadar pentingnya menjaga hutan. Bahkan beberapa diantara mereka ingin memasukkan perusahaan kembali ke wilayah mereka

Tempayan Langkah – Ini adalah salah satu tempayan yang dimiliki oleh orang punan. Tempayan ini tergolong tua dan langka. Orang punan tidak lagi menemukan tempayan seharga Rp30,000,000,- ini. Saat ini mereka membeli tempayan seharga Rp.500.000.- hingga Rp.6.000.-000. Tempayan ini pun digunakan sebagai jujuran ketika seorang anak menikah.Tetapi jika masih memiliki tempayan lama biasanya tempayan ini disimpan sebagai pusaka.

Tempayan – Bagi masyarakat Dulau tempayan salah satu penanda yang menunjukkan seseorang kaya atau orang mampu. Tempayan memiliki fungsi yang sangat banyak termasuk sebagai bumbung atau mahar ketika melamar perempuan. Mereka tidak menggunakan uang sebagai bumbung kecuali anak laki-laki yang ingin melamar anak perempuan berasal dari suku lain. Biasanya tempayan juga dipinjamkan kepada orang atau keluarga yang hendak menikahkan anaknya. Karena bumbung untuk melamar perempuan sekitar 30 tempayan. Dulunya masyarakat membuat amu babi dalam tempayan. Amu itu babi yang dipermentasikan selama setahun lalu dimakan dan tahan lama. Namun, masuknya agama Islam mulai melarang orang yang tidak beragama Islam membuat amu babi dalam tempayan. Dengan alasan suatu saat tempayan itu bisa saja sampai ke tangan yang beragama Islam.

Struktur Desa – Struktur Desa. Dalam struktur Desa ini semua jabatan dipegang oleh laki-laki. Begitu juga dengan struktur LPMD. Sepanjang sejarah Desa Dulau tahun 2016 adalah tahun pertama perempuan terlibat dalam struktur Desa yaitu Nurhayati sebagai Ketua BPD (Badan Pengawas Desa). Jabatan itu diperoleh dengan susah payah dan mengandalkan keberanian

Struktur Desa – Struktur Desa. Dalam struktur Desa ini semua jabatan dipegang oleh laki-laki. Begitu juga dengan struktur LPMD. Sepanjang sejarah Desa Dulau tahun 2016 adalah tahun pertama perempuan terlibat dalam struktur Desa yaitu Nurhayati sebagai Ketua BPD (Badan Pengawas Desa). Jabatan itu diperoleh dengan susah payah dan mengandalkan keberanian

Anak-Anak Harapan Punan Dulau – Masyarakat Punan Dulau memiliki anak-anak yang akan meneruskan identitas orang Punan di masa depan. Anak-anak ini menjadi cermin kehidupan orang Punan masa mendatang. Oleh karena itu anak-anak Dulau harus didorong untuk menghidupkan kembali esensi masyararakat Punan yang telah hilang. Anakl-anak harus diajari untuk mengenal nenek moyang mereka, membaca sejarah dan sebagainya. Mereka juga harus diajarkan sekolah untuk pulang bukan untuk pergi. Transfer pengetahuan dari para orang tua kepada anak-anak sangatlah penting. Karena jika anak-anak lupa tentang jatidirinya maka mereka akan kehilangan identitas perlahan-lahan.

Anak-Anak Main Bola – Setelah belajar anak-anak di Dulau mengajak bermain bola kaki di lapangan bola volly.Daripada lapangnnya kosong kami pun mengisinya dengan bermain. Tidak hanya bermain bola, lapangan ini pun menjadi tempat belajar kami. Jajanan yang lewat setiap hari seperti sosis, es cream, bakso dan lainnya membuat anak-anak sangat banyak jajan. Kalau tidak dikasih uang mereka akan menangis. Setiap hari 1 orang anak bisa menghabiskan uang Rp.20.000,-per-hari.Sedangkan penghasilan orang tuanya tidak banyak. Maka mengajak anak-anak belajar dan bermain menjadi sangat penting agar tidak setiap saat jajan dan jajan

Anak-Anak Main Bola – Setelah belajar anak-anak di Dulau mengajak bermain bola kaki di lapangan bola volly.Daripada lapangnnya kosong kami pun mengisinya dengan bermain. Tidak hanya bermain bola, lapangan ini pun menjadi tempat belajar kami. Jajanan yang lewat setiap hari seperti sosis, es cream, bakso dan lainnya membuat anak-anak sangat banyak jajan. Kalau tidak dikasih uang mereka akan menangis. Setiap hari 1 orang anak bisa menghabiskan uang Rp.20.000,-per-hari.Sedangkan penghasilan orang tuanya tidak banyak. Maka mengajak anak-anak belajar dan bermain menjadi sangat penting agar tidak setiap saat jajan dan jajan


Bekas Tromol – Pelarangan untuk tidak menambang oleh pihak kepolisian membuat masyarakat berhenti menambang. Jika tidak ada penambang maka tromol pun tidak akan bekerja. Tromol inipun terpaksa dibongkar oleh pemiliknya agar tidak dirusak oleh para polisi. Bekas tromol dan gelundungan pun dibiarkan begitu saja oleh pemilik tromol. Saat ini semua penambang dan pemiilik tromol sedang pusing karena tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan.

Tromol – Tromol ini digunakan untuk melepaskan emas dari material. Tromol ini milik orang Tidung Sekatak Buji. Meskipun baru-baru ini terjadi penyisiran tromol tetap saja masih ada tromol yang beroperasi. Tromol ini berada diantara kebun sawit dan kebun masyarakat seperti sayuran, lombok dll

Air Pasang Sungai – Sungai Kujau satu – satunya sungai yang ada di desa Punan Dulau. Sungai ini sangat strategis untuk mandi dan mencuci ketika musim kemarau. Tidak hanya itu sungai ini sebagai tempat bermain anak-anak ketika musim hujan dan air pasang. Dalam sungai tersebut dapat dilihat air bewarna coklat dan keruh. Juga sampah-sampah bermunculan mengikuti arus sungai. Anak-anak terlihat gembira dan sangat menikmati mandi di sungai tersebut. Padahal keadaan sungai itu dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit seperti gatal-gatal. Dan memang tak jarang penyakit semacam itu mereka alami.

Payau – Payau adalah salah satu hewan buruan yang saat ini sulit ditemukan. Butuh waktu cukup lama berburu di hutan agar menemukannya. Bahkan terkadang sama sekali tidak mendapatkannya. Pertama; dulu payau ini mudah didapatkan ketika berburu. Tetapi setelah masuknya Perusahaan INTRACA hewan ini jadi sedikit jumlahnya. Kedua;dulu masyarakat Punan tidak pernah menjual hasil buruan mereka. Tetapi dalam foto ini kita dapat melihat transaksi sedang berlangsung antara pembeli dan penjual. Menjual hasil buruan menjadi salah satu jenis pekerjaan masyarakat Dulau untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Ikan Berlimpah – Karena tidak ada perusahaan atau perusak lainnya di Sungai Utik, mereka pun tidak kesulitan mencari ikan di sungai. Ketka mereka ingin makan ikan mereka hanya perlu mengambilnya sesuai kebutuhan. Mereka tidak pernah mengeluh karena tidak ada ikan. Tetapi meskipun ikan berlimpah mereka tidak pernah mengambil ikan secara berlebihan. Mereka hanya mengambil sebanyak yang mereka butuhkan, bukan yang sebanyak yang mereka inginkan. Mereka merawat sungai agar ikan-ikan tidak mati dan ikan-ikan dapat hidup dengan baik.

Poyong Baso – Poyong baso atau habis ikan dua kata yang sering disebutkan oleh Lel dan Ale, cucu adu Inum. Jika mereka mudik hampir setiap hari mereka pergi mukat dan menjala untuk lauk pauk di rumah lolou. Namun sering hasilnya hanya seperti yang tampak pada gambar tersebut. Hanya sedikit dan ikannya kecil-kecil. Jika jumlah orang sebanyak 6 orang apakah itu cukup? Salah satu penyebab poyong baso adalah para nelayan yang sering meracun dan setrum di sungai.

Demi Sekolah Anak – Ini mama induk semang saya, dipanggil Bleh. Selain mengurus urusan dapur memasak, mencuci dll, dia juga harus mencari pekerjaan sampingan yang diharapkan dapat menghasilkan komersil. Hampir setiap hari ia menyusul suaminya ke kebun untuk membersihkan kebun dan membantu panen hasil kebun jika ada. Setelah di rumah dia juga memiliki rutinitas lainnya seperti membuat ciu dan menganyam. Hampir tidak ada jam istirahat mama Bleh. Tidur selalu lebih lama. Bahkan ketika semua orang rumah sudah telelap dalam tidurnya. Terkadang ia masih memasak dan bikin ciu serta menganyam dilakukan bersamaan. Oleh karena itu, saya agak sulit pindah dari rumah ini karena paling tidak ada yang bantu-bantu masak dan cuci piring di rumah. Sesekali juga kutemani ke kebun. Semua itu dilakukan demi sekolah ke-empat anaknya terutama anaknya yang hendak melanjutkan kuliah.

Demi Sekolah Anak – Ini mama induk semang saya, dipanggil Bleh. Selain mengurus urusan dapur memasak, mencuci dll, dia juga harus mencari pekerjaan sampingan yang diharapkan dapat menghasilkan komersil. Hampir setiap hari ia menyusul suaminya ke kebun untuk membersihkan kebun dan membantu panen hasil kebun jika ada. Setelah di rumah dia juga memiliki rutinitas lainnya seperti membuat ciu dan menganyam. Hampir tidak ada jam istirahat mama Bleh. Tidur selalu lebih lama. Bahkan ketika semua orang rumah sudah telelap dalam tidurnya. Terkadang ia masih memasak dan bikin ciu serta menganyam dilakukan bersamaan. Oleh karena itu, saya agak sulit pindah dari rumah ini karena paling tidak ada yang bantu-bantu masak dan cuci piring di rumah. Sesekali juga kutemani ke kebun. Semua itu dilakukan demi sekolah ke-empat anaknya terutama anaknya yang hendak melanjutkan kuliah.

Ngaut Brungis – Ngaut Brungis atau menghaluskan daun pandan sebelum dianyam menjadi sebuah tikar masih sering dilakukan perempuan Dulau. Ngaut brungis membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga harus dikerjakan bersama-sama. Ngaut brungis menjadi salah satu bentuk sistem gotong royong yang masih kuat dan masih dijalankan. Ngaut brungis menjadi media para perempuan untuk bercerita ataupun sekedar menggosip. Dengan ngaut brungis mereka sering bertemu. Apalagi di desa tidak ada media lainnya untuk saling bertemu antara perempuan yang satu dengan perempuan lainnya. Jika tidak ada ngaut brungis mereka biasanya hanya di rumah masing-masing.

Solop – Solop atau pewarna makanan dipakai untuk mewarnai brungis atau daun pandan sebelum dianyam menjadi sebuah tikar. Anyaman tikar menjadi warna-warni dan terlihat cantik. Tapi, tikar yang dianyam menjadi tidak asli seperti anyaman orang Punan. Menurut para perempuan penganyam tikar jika diwarnai lebih disukai orang dan cepat terjual. Sedangkan kalau polos tidak laku. Beda dengan pernyataan gerai nusantara AMAN. Bagi mereka tikar yang sudah menggunakan pewarna malah lebih sulit terjual. Tikar ibu IM sudah hampir satu tahun di gerai tapi belum laku karena orang tidak suka tikar pakai pewarna. Dengan pewarna ini para penganyam juga menjadi butuh modal atau uang yang seharusnya tidak perlu.

Bertanggar – Ini perjalanan kami dari Lolou menuju Pingan. Saat itu aku, Lel dan Ale pergi dengan menggunakan mesin ketinting sedangkan nenek IN dan aki TH bertanggar atau mendayung. Sebelum mereka mengenal mesin ketinting sekitar tahun 2005, mereka mudik ke hulu dengan bertanggar.Oleh sebab itulah mereka bisa menempunya satu hari atau lebih. Namun, setelah menggunakan ketinting bisa ditempuh paling lama enam jam. Tetapi ada yang mengganjal di hatiku ketika mereka bertanggar dengan tujuan sambil mukat. Dalam hatiku, sesungguhnya mereka hanya ingin menghemat bensin.

Obat Tradisional – Meskipun obat-obatan di hutan sudah mulai punah. Namun, masih ada harapan obat-obatan itu akan tetap dikenal oleh generasi berikutnya. Hal ini dibuktikan dengan tekunnya nenek IN menanam obat-obatan di kebunnya. Cucunya seperti EV kelak bisa mewarisi pengetahuan dari neneknya.

Pengei – Dia adalah nenek IN sedang minum pengei atau pengasih. Tempatnya di rumah panjang Ikong di hulu Punan. Ada persamaan minum di kampung dengan di hulu saat yaitu minum terlalu banyak dan mabuk-mabukan. Dulunya minum pengei ini dilakukan hanya saat-saat tertentu saja seperti Erau. Dan juga hanya sekali atau dua kali saja. Tetapi sekarang berkali-kali hingga mabuk. Bedanya dengan di kampung mereka di hulu tidak produksi tuak dan ciu sehingga kita tidak menemukannya di hulu. Kecuali ketika mudik mereka membawanya dari kampung.

Inau – Inau salah satu makanan khas orang Punan. Di beberapa daerah lain inau juga menjadi makan khas seperti Makassar. Hanya saja namanya berbeda. Yang ingin dijelaskan dalam foto ini adalah bahwa ada perubahan pada bahan inau. Dulunya inau terbuat dari pohon sagu dan sagu ubi. Warna dan rasanya pun sangat beda. Jauh lebih nikmat inau sagu. Tetapi sekarang sagu sulit dicari, ubi pun terbatas sehingga mereka pun menggunakan tepung kanji sebagai bahan inau. Inau tepung ini nampak seperti lem dan sangat sering dikonsumsi oleh masyarakat.

Angku – Ini namanya angku. Makanan yang terbuat dari ubi ini adalah makanan orang punan zaman dulu pada saat erau. Khususnya pernikahan dan kematian. Jika melakukan upacara itu, tidak boleh tidak ada angku karena itu salah satu syarat dari upacara tersebut. Sekarang angku sudah jarang ditemukan pada masyarakat dulau. Bahkan hanya sedikit yang mau membuatnya. Pada setiap upacara sebagai penggantinya adalah berbagai jenis roti yang dibeli dari toko.

Sayur Mahal – Memikirkan urusan dapur khusunya soal makanan sering menjadi beban bagi para perempuan. Jika hari ini sudah berlalu maka mereka harus berpikir bagaimana besoknya. Jika ingin membeli sayur mereka tidak memiliki uang. Sayur di kebun pun tidak cukup untuk setiap harinya. Sehingga sayur yang ada menjadi sangat laris. ini adalah bekas kebun sawah orang Tidung. Dan disini banyak tumbuh genjer.Genjer ini tidak pernah terbuang. Karena setiap saat banyak orang mengambil sayur di tempat ini.

Tanpa Pupuk Tak Akan Subur – Ini contoh kebun di Punan Dulau. Ibu Dingin sedang menaburkan pupuk ke bedengan sebelum menanam sayuran. Karena jika tidak pakai pupuk maka tanaman tak akan tumbuh dengan subur. Atau mungkin tidak akan tumbuh.Jika berkebun di kampung tidak ada cara lain selain memupuk terlebih dahulu. Karena tanahnya memang tidak subur.

Kosong – Rapat ini dilakukan pada tanggal 08 Juli 2016, rapat tentang pencatatan sejarah pembelian tanah kakek DY di wilayah orang Bulusu di hulu. Pada pertemuan ini dapat dilihat tak seorangpun perempuan terlibat. Semua yang hadir adalah laki – laki dan merupakan orang penting di Desa termasuk Kepala Desa, Ketua Adat dan keluarga dekat kakek DY. Ini salah satu bukti bahwa pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan tidak ada. Sehingga urusan tanah dan kepemilikannya hanya diketahui oleh para laki-laki.

Tak Bisa Menikmati Hasil Kebun – Dalam foto ini bisa dilihat bahwa seorang perempuan Dulau sedang mengikat mentimun. Namanya JN ini adalah hasil panen pertama dari kebun di Sekatak. Dulunya Dayak Punan tidak tahu berladang dan menanam. Mereka hidup dengan berburu dan menangkap ikan dan sagu adalah makanan utama. Meskipun kemudian mereka berkebun bukan untuk dijual. Hasil kebun hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan sebelum mereka berladang, mengenal beras, gula, kopi dan lainnya itu didapat dengan cara barter. Misalnya babi yang mereka dapat ditukar dengan beras. Mama BL menjualnya seharga Rp.5.000,-. Ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya masyarakat Dayak Punan tidak hidup dalam kesederhanan melainkan hidup dalam kemiskinan karena pemiskinan.

Gadung – Gadung atau bibit padi dicabut terlebih dahulu sebelum ditanam. Gadung ini berlaku untuk tanaman padi sawah. Gadung ini dilakukan oleh perempuan. Sistem gotong royong masih kuat pada masyarakat Dulau. Salah satunya dalam menanam padi. Gotong royong ini membuat pekerjaan menjadi ringan dan cepat selesai.

Noyong – Noyong atau mencari raksi dari bekas material yang sudah di tromol ini dilakukan oleh anak-anak di Desa Punan Dulau. Mereka tidak sedang bermain-main. Tetapi mereka mengerjakannya untuk mendapatkan uang. Sulitnya mendapatkan uang jajan dari orangtua membuat mereka berusaha mencari uang jajan secara mandiri. Sepulang sekolah mereka akan mengerjakannya. Bagi yang tidak sekolah biasanya mereka melakukannya dari pagi hari. Raksa dikumpulkan dan nantinya akan dijual kepada pemilik tromol.

Perempuan dan Noyong – Noyong atau mencari air raksa di bekas tromol juga dilakukan oleh ibu-ibu. Sejak tambang tutup masyarakat Punan Dulau tidak memiliki banyak aktivitas. Nugal untuk nanam padi hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Asiknya tambang belakangan ini membuat masyarakt tidak sempat mengerjakan kebun padi. Padahal bulan November biasanya dan seharusnya sudah mulai menaman padi.

Sungai Kujau – Masih tentang Sungai Kujau. Selain tempat mandi, mencuci dan pemenuhan kebutuhan lainnya sungai Kujau juga digunakan sebagai tempat pembuangan sampah masyarakat. Akibatnya terjadi pencemaran sungai. Bayangkan saja sungai ini tempat buang air juga tempat buang sampah dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penerima dampak ini tidak hanya masyarakat Dulau tetapi juga hampir semua masyarakat di Sekatak. Karena aliran sungai ini tembus langsung ke sungai Sekatak (sebenarnya sungai Bulusu). Sungai Sekatak ini digunakan hampir semua masyarakat di Sekatak.

Kampung KB – Desa Punan Dulau dinobatkan sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB).PadaOktober tahun 2016 disahkan dengan mendatangkan Pemerintah dari Kabupaten, Lecamatan hingga dari berbagai Desa. Dalam peresmian ini dipertegas bahwa jumlah anak cukup dua saja. Dikaitkan dengan situasi ekonomi yang semakin sulit. Padahal orang Punan sebenarnya tidak perlu KB karena jumlah orang Punan Dulau tidak banyak. Program KB bisa menghilangkan orang Punan. Sedangkan salah satu cara untuk mempertahankan wilayah adat adalah masyarakat adat itu sendiri. Jika mereka habis maka dengan mudah wilayah adat mereka direbut oleh para penguasa.

Larangan Dukun Beranak – Dalam surat tersebut perihal yang ingin disampaikan adalah tentang sosialisasi pembuatan Surat Keterangan Lahir (SKL). Tetapi isinya dengan jelas memberikan ancaman bagi masyarakat yang masih melahirkan dengan bantuan dukun. Jika dukun membantu persalinan maka SKL tidak akan dikeluarkan oleh puskesmas. Menurut medis persalinan dengan bantuan dukun dapat menyebabkan komplikasi penyakit. Padahal sejak nenek moyang mereka melahirkan dibantu oleh dukun beranak dan tidak mengalami kematian.

Buah Mawang – Buah mawang atau mangga hutan sangat banyak di hutan masyarakat Iban di Sungai Utik. Buah mawang ini juga terdapat di hutannya orang Punan dan disebut buah pangin. Sayangnya buah ini sudah tidak ada karena beberapa tahun ini tidak musim buah di hutan orang Punan. Bagi masyarakat Iban mawang bukan hanya sekedar buah tetapi juga sebagai bumbu pelezat makanan. Misalnya, mereka menggunakan mawang sebagai bumbu ikan. Hanya saja mereka juga menggunakan bumbu-bumbu lain seperti bumbu instan royco, masako dan lainnya. Di wilayah adat masyarakat Iban tidak adak perusahaan perusak. Sehingga hutan mereka masih sangat kaya seperti buah-buahan, rotan. Tanahnya juga masih sangat subur sehingga mereka tidak kesulitan untuk berkebun.

Buang Pantang – Dalam upacara kematian hal terakhir dilakukan adalah buang pantang untuk keluarga. Jika tidak buang pantang maka akan terjadi sesuatu seperti ada orang lain akan segera meninggal atau sakit parah. Buang pantang ini dilakukan dengan cara cukur alis. Yang bisa melakukan ini hanya perempuan. Menurut mereka begitulah tradisinya. Tapi sebenarnya jika laki-laki yang melakukannya juga tidak masalah. Tentu ini terjadi karena dalam pandangan mereka yang menjadi tukang salon adalah perempuan bukan laki-laki. Jadi laki-laki merasa malu jika terlibat mencukur alis.

Perempuan Punya Anak – Salah satu kendala yang membuat ST sulit mengumpulkan perempuan adalah karena banyak perempuan Dulau yang memiliki anak kecil. Mereka tidak bisa meninggalkan anak mereka di rumah karena tidak ada yang menjaganya. Suami mereka bekerja dan kalaupun tidak bekerja suami mereka tidak mau menjaga anaknya dalam waktu lama. Misalnya sampai satu jam. Jika mereka membawa anak ke dalam pertemuan mereka khawatir anaknya mengganggu kegiatan dalam pertemuan. Dan dia tentu tidak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.

Sosok Ibu Ijy – Perempuan pada gambar bernama ibu JN, akrab dipanggil IJY. Selama belajar di Kampong saya melihat ibu IJY adalah satu perempuan yang berpotensi menjadi pemimpin. Akan tetapi memiliki banyak anak dan harus membantu suaminya mencari uang membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk terlibat diruang publik. Ibu IJY sosok yang tak kenal lelah. Dia memiliki sangat banyak aktivitas setiap hari dari pagi hari sampai malam hari. Ibu IJY berkebun, menganyam, produksi ciu, tuak dan pengasih, serta mengurus anak-anaknya. Setiap hari ibu IJY bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Semangatnya adalah anak-anaknya. Keinginannya untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat besar sehingga ia tidak boleh putus asa.

Atap Rumah – Sebagian masyarakat Punan Dulau seperti aki TK masih menggunakan atap tradisional yang terbuat dari daun bia. Daun bia memberikan kesejukan untuk rumah karena melindungi dari sinar matahari yang terik. Berbeda dengan menggunakan atap dari seng. Dengan menggunakan daun bia juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli seng. Karena daun nya banyak tersedia di hutan. Cara ini juga salah satu bentuk pertahanan orang Punan serta menunjukkan bahwa mereka bisa membangun rumah dari hutan, tidak panas dan tanpa mengeluarkan uang

Membangun Kampung – Masyarakat Punan sangat ingin bisa kembali ke kampung.Dan salah satu cara mereka untuk mewujudkannya adalah dengan membangun kampung di hulu. Kampung yang mereka bayangkan bukan seperti sebuah Desa yang memiliki Kantor Kepala Desa dan struktur desa. Kampung yang mereka bayangkan adalah ada rumah untuk tempat tinggal dan akses ke hulu bisa dilalui dengan mudah. Ssalah satunya dengan membangun jalan. Beberapa masyarakat Punan pun membangun rumah panjang dengan tenaga dan biaya sendiri di Ikong. Membangun rumah panjang ini bertujuan untuk mengembalikan kembali rumah panjang yang dulu ada dan telah hilang.

Nonton Bersama – Salah satu cara untuk melakukan penyadaran masyarakat adalah melalui film. Apalagi sasarannya masyarakat yang belum percaya diri dalam berbicara. Pada 07 Januari 2017 kami melakukan nonton film rencana kehidupan di Punan Dulau. Nobar ini dihadiri banyak orang mulai anak-anak, pemuda hingga orang tua. Sebagaian tidak hadir karena harus mengikuti upacara kematian di desa tetangga. Dengan pemutaran film ini saya mengajak masyarakat untuk melihat bagaiman orang Misak merebut kembali wilayah adatnya dan menjaganya. Kami pun melakukan sesi diskusi setelah nobar. Memang diskusinya masih sangat kaku, tetapi dari nobar ini mereka merasa penting melakukan apa yang dilakukan oleh masyarakat Misak yaitu membuat rencana kehidupan.

 

 

Pohon Kehidupan – Pohon kehidupan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana kehidupan oleh masyarakat itu sendiri untuk menentukan nasibnya sendiri. Selama seminggu berada di Sungai Utik kami membuat pohon kehidupan yang sudah dipraktekkan oleh masyarakat Misak di Colombia. Pohon kehidupan ini terdiri dari akar yaitu ingatan masa lalu, batang pohon yaitu prinsip-prinsip masyarakat, ranting yaitu program yang akan dilakukan untuk mewujudkan rencana kehidupan, daun-daunan untuk menjalankan program. Pohon ini akan berdiri kokoh jika akarnya kuat. Sehingga pada saat membuat akar atau ingatan masa lalu maka semua lapisan masyarakat harus terlibat dari anak-anak hingga tetua. Dengan melibatkan semuanya maka ingatan masa lalu akan kuat. Dan pohon bagian lainnya akan tumbuh dari akar tersebut.

Rumah Lolou – Ini satu-satunya rumah yang masih tersisa di Lolou. Dulunya ada banyak rumah di sini juga pondok-pondok kecil. Rumah ini dibangun sejak sekitar 30 tahun yang lalu. Meskipun rumah ini sudah semakin tua namun jasanya masih sangat diperlukan untuk para pemudik. Terutama untuk adu Inum dan Aki TH karena ini bukan hanya sekedar tempat persinggahan tetapi juga sebagai rumah yang sesungguhnya. Dari rumah ini kita akan mendengar traktor-traktor perusahaan INTRACA yang sedang menghabisi wilayah hutan Adat Desa Kelembunan di Jelumu.