“Ada yang tahu apa khasiat putri malu?”
Tanya Ibang Lukman, pendiri Pesantren Ath Thaariq Garut kepada peserta Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air, Sabtu pagi. Semua peserta membisu.
“Kalau punya HP jangan untuk selfie terus. Coba cari di google!”
Masing-masing peserta pun membuka HPnya, mencari khasiat tanaman putri malu di mesin pencarian Google.
Beberapa detik kemudian: “Untuk mengobati batuk, rematik, insomnia….”
Peserta saling bersahutan. Mereka takjub dengan temuannya.
Begitu cara Ibang saat mengajak peserta berkeliling ke kebunnya di hari kedua Jambore. Secara khusus, Ibang mengenalkan khasiat tanaman-tanaman liar yang selama ini dianggap gulma.
Ibang mengajak belasan peserta ke halaman luar pesantren, yang banyak ditumbuhi berbagai tanaman liar mulai dari putri malu, rumput teki, kelor, pegagan, rosella dan babandotan. Lahan ini memang disediakan khusus bagi tumbuhnya tanaman liar. “Tanaman-tanaman ini biasanya dibuang karena dianggap gulma. Padahal banyak manfaatnya untuk kesehatan,” kata Ibang yang juga aktivis Serikat Tani Pasundan.
Rosella, misalnya, kata Ibang, berkhasiat untuk obesitas dan mengobati kanker. Pesantren Ath Thaariq terbiasa mengolah rosella menjadi teh datau minuman kobuca. Sadagori atau babandotan juga bermanfaat untuk rematik dan asma. Sadagori sering dicabut karena dianggap tanaman pengganggu.
Seluruh khasiat berbagai tanaman itu, kata Ibang, banyak ditulis di internet. Namun selama ini masyarakat lebih senang bergantung dengan obat-obatan kimia yang berbiaya mahal. “Padahal alam sudah menyediakan obat seluruh penyakit,” katanya.
Ketidaktahuan masyarakat soal khasiat tanaman di sekitarnya karena budaya malas membaca. Selain itu, modernitas telah membentuk manusia ingin praktis dan instans. Dampaknya manusia menjaga jarak dengan alamnya.
Pesantren Ath Thaariq merawat lebih dari 400 jenis tanaman di kebunnya seluas kurang dari satu hektare. Dari kebun itulah, seluruh kebutuhan keluarga dan satri dipenuhi mulai untuk pangan dan obat-obatan. Menurut Ibang, pesantrennya berkonsep agroekologi yakni bagaimana memperbaiki hubungan antara manusia dengan alamnya menjadi lebih harmonis.
“Bumi itu ibu. Kalau dia dijaga dan dipelihara, dia akan menyediakan tanaman-tanaman yang luar biasa manfaatnya,” kata Ibang menutup tur selama satu jam. (TIM)