Ike Nurila merupakan seorang anak yang berjuang melanjutkan pengorbanan bapaknya menjaga tanah dari eksploitasi pertambangan di pesisir Selok awar-awar, Lumajang. Baginya Tanah Air adalah sumber kehidupan, tanpa tanah warga tidak dapat bertani. Sedangkan air dibutuhkan di setiap aspek kehidupan juga mengairi sawah, sumber mata pencaharian warga.

Bapaknya seorang warga yang “Tumbang melawan tambang”, Salim Kancil. Semasa hidup ia gigih menolak penambangan pasir besi sejak 2013. Penolakan ini dampak dari kegiatan pengerukan pasir besi yang dilakukan 24 jam nonstop di pesisir selatan laut Jawa. Khawatir kegiatan itu menimbulkan bencana bagi warga Lumajang yang tinggal di pesisir dan rentan tsunami. 

Setelah bapaknya meninggal dunia, Ike dan keluarga mengolah kembali empat  petak  sawah milik sang bapak dan menjadikannya lahan konservasi pemulihan tambang. Namun keberadaan lahan terus diganggu, pada 2018 ada undangan, meminta Ike hadir ke balai desa yang ternyata memfasilitasi PT. Lautan Udang Indonesia Sejahtera (LUIS) melakukan “kampanye”, dengan maksud mengambil lahan warga bermodus penyewaan lahan. Ike dan warga lainnya tentu tidak terima dengan tawaran yang diberikan. Apalagi tanah itu diperjuangkan bapaknya dari kerusakan dengan nyawa sebagai taruhannya. Di minggu berikutnya, dalam pertemuan tanda tangan sewa lahan. Ike tidak diizinkan hadir, ibunya yang buta huruf justru diharuskan hadir mengurus berkas. Tanahnya yang sedikit ditawar 200 juta rupiah. Kini sebagian warga sudah setuju dengan dana besar yang ditawarkan perusahaan kecuali Ike dan keluarga.

“Ini peninggalan almarhum bapak saya, ini tanah perjuangan, saya tidak akan  menjualnya” ucapnya saat di wawancarai salah satu media.

Tahun 2019 tanpa pemberitahuan, sebagian lahan Salim Kancil diuruk PT. LUIS untuk tambak udang. Mempertanyakan tindakan tersebut, Ike dan ibunya melapor ke balai desa, namun tidak ada tanggapan. Ike dan keluarga melanjutkan laporan ke Bupati, walaupun sempat mengalami beberapa rintangan, ditilang polisi sampai dengan tidak diizinkan bertemu Bupati karena tidak membuat izin temu. Pada akhirnya, Bupati tetap membantu Ike dan Ibunya. Belakangan ini, Bupati Lumajang justru dipolisikan oleh PT. LUIS karena video sidak yang tersebar luas dengan laporan pencemaran nama baik. Sampai saat ini kasusnya digantung tanpa kejelasan. 

Ike tak keberatan mengantar ibunya menjadi saksi laporan sidak bupati ke kantor polisi. Sebagai salah satu bentuk perjuangan menjaga lahan. Kini, Ike dan Ibunya juga harus bekerja sebagai buruh konveksi dan buruh tebang tebu untuk dapat menghidupi keluarga dan menyekolahkan adiknya. Saat musim kemarau Ike dan keluarga tetap berusaha menggarap tanahnya yang tidak terendam air laut. Saat musim hujan, maka tidak ada yang dapat dilakukan karena lahannya akan terendam air laut yang kehilangan rawa akibat diuruk tambang pasir dan PT. LUIS. Ike juga tergabung ke dalam komunitas anak muda peduli lingkungan, Laskar Samudra, melakukan penghijauan pesisir dan pemulihan pasca tambang.

“Apapun yang terjadi, saya akan terus berjuang untuk tanah tersebut. Terlalu banyak kenangan bersama bapak di sana” Ungkap Ike.

Ike tidak akan menyerah, walaupun seorang perempuan dia tidak akan gugur dengan mudah, melawan kelompok ber-uang memang tidak mudah. Namun dirinya tidak akan goyah dan akan terus melanjutkan perjuangan bapaknya menjaga kelestarian alam.