Ika Fotovoice
Nelayan – Sungai Mahakam memiliki 147 jenis spesies yang terdeteksi, dan dimanfaatkan oleh nelayan terutama masyarakat yang berada di bantaran sungai untuk mencari ikan. Namun, sekarang ikan mulai sulit di dapatkan karena limbah minyak dari kapal-kapal pengangkut batu bara itu dibuang di sungai
Petani Sayur – Petani sayur ini berasal dari Banyuwangi, sebelumnya ia berkebun sayur di Desa Kerta Buana Di atas tanah pinjaman yang statusnya adalah wilayah konsesi tambang milik PT. Kitadin selama satu tahun. Namun, sejak perusahaan melakukan operasi di lahan itu, mereka digusur dan memutuskan pindah dan berkebun di atas lahan pinjaman milik orang Cina di Sempaja.
Sungai Mahakam – Sungai Mahakam adalah sungai terpanjang nomor satu di Kalimantan Timur dan letaknya membelah kota Samarinda. Sungai ini dijadikan sebagai jalur untuk membawa batu bara menggunakan kapal ponton
Menjual Tanah – Masyarakat di Sempaja gencar menjual tanah, sebab pekerjaan bertani mulai ditinggalkan. Banyak mereka yang memilih menjadi buruh di tambang dan bangunan. Kebanyakan dari masyarakat yang bertani justru meminjam lahan milik orang lain yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya.
Sungai Karang Mumus – Masyarakat yang berada di bantaran sungai Karang Mumus melakukan aktivitas domestik dan mandi menggunakan air dari sungai Karang Mumus. Airnya berwarna kehitam-hitaman, agak bau, dan dipenuhi sampah. Lokasi ini terletak di Jl. Gelatik, tepat di jembatan Gelatik, samping jalur pintu masuk Universitas Mulawarman Samarinda.
Kompleks Teluk Bayu R – Ini adalah tempat lokalisasi yang berdiri atas izin resmi dari pemerintah. Lokasi ini terletak di Kampung Bayur, kelurahan Sempaja Utara. Nama lokalisasinya adalah Komplek Bayur. Sejak lesunya wajah pertambangan dengan harga batu bara anjlok, perusahaan banyak yang tutup. Secara signifikan mempengaruhi penghasilan perempuan tunasusila yang bekerja di sini. Sebab kebanyakan pelanggannya adalah buruh tambang batu bara, yang ketika gajian, menghabiskan banyak waktu di tempat ini.
Lubang Bekas Tambang – Lubang bekas tambang ini berada di belakang Perumnas Bengkuring Idaman Permai. Lokasinya di pinggir jalan besar tak jauh dari sungai Bengkuring. Di depannya juga sedang terbangun perumahan baru yang sementara proses penyelesaian karena kondisinya masih setengah jadi. Ini nantinya akan ramai dilalui dan secara langsung terhubung dengan aktivitas masyarakat yang sebentar lagi akan menjadi lahan pemukiman warga. Belajar dari pengalaman, ini merupakan salah satu ancaman kepada masyarakat jika lubang ini masih dibiarkan tanpa upaya reklamasi
Tidak Memiliki Lahan – Karena tidak memiliki lahan luas untuk menanam, juga kondisi tanahnya yang rendah maka menanam menggunakan polibeg adalah cara aman untuk menghindari tanaman dari genangan air. Sebab di wilayah sekitar Bengkuring.Misalnya; banjir merupakan salah satu ancaman bagi petani, selain kekeringan air di musim kemarau juga ketika hujan sebntar saja, genangan air akan nampak di pekarangan rumah, jalanan, bahkan masuk ke rumah.
Banjir – Kurang lebih, 5 jam hujan terjadi di Kota Samarinda. Beberapa jalanan tergenang air, Termasuk di Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur. Rumah Ibu Rahmawati menjadi saksi, mewakili beberapa rumah yang terendam banjir. Jika airnya sudah mencapai lantai rumah, itulah saat seluruh penghuni rumah akan panik, mengamankan barang-barang berharga untuk diselamatkan. Bukan sekali dua kali, banjir menjadi tamu langganan. Tahun 2009, rumah ini pernah tergenang air setinggi 40 cm saat ia dan keluarga sedang tidak ada di rumah. Barang-barang seperti TV dan kulkas, kehilangan fungsi dirusak air.
Mandi Di Parit – Anak ini, mandi di parit yang airnya mengalir dari Bendungan Benanga yang terletak di Kelurahan Lampake. Di sumurnya sedang kekeringan air, rumahnya anak ini terletak di Kelurahan Sempaja Utara. Karena kekeringan itu, ia terpaksa membawa perlengkapan mandi sekaligus jerigen berisi air untuk dibawa pulang ke rumahnya. Jika tidak, mereka sekeluaga harus membeli air sehrga Rp.70.000,-ukuran 12.000 Liter
Beras Kuning – Menabur beras kuning adalah salah satu ritual yang dilakukan di acara pernikahan adat Banjar sebagai penangkal bala dan bahaya. Ini dilakukan agar keberangkatan mempelai pria dapat terhindarkan dari segala bahaya dan hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan gagalnya upacara pernikahan. Sebelum menabur beras kuning, pihak laki-laki membaca doa keselamatan diiringi Shalawat Nabi. Foto ini diambil di rumah Syahrani (mempelai pria) sebelum berangkat ke rumah mempelai perempuan.
Resepsi Pernikahan – Ini adalah resepsi pernikahan SYH (mempelai pria) yang dilaksanakan di depan rumah mempelai perempuan. Saat itu, sedang turun hujan sehingga nampak orang-orang memakai payung. Dekorasi dan makanan seadanya serta tamu yang hadir juga tidak banyak. Saat malam pun, perempuan yang bekerja membantu di dapur hanya beberapa orang, mereka harus menguras tenaga lebih banyak untuk bisa menyiapkan makanan esok hari. Antusias masyarakat berpartisipasi dalam acara pernikahan SYH bisa menjadi patokan melihat bagaimana status sosial keluarganya di kampung.Masyarakat juga memilah-milah, kepada siapa mereka harus dekat.
Membuka Lahan – Membakar tanaman salah satu langkah awal yang dilakukan masyarakat untuk membuka lahan garapan dengan cara mudah dan ringan. Tak perlu menebang atau membabat. Ibu ini salah satunya, dia ingin berkebun sayur, dan lokasinya berdampingan dengan lubang bekas tambang di Gang Saliki. Sekitar 5 meter, sudah mencapai tepi lubang. Ia kala itu membersihkan sendiri kebunnya. Suaminya juga kerja serabutan sehingga ia juga harus memeras keringat bekerja keras. Anaknya sedang sekolah, dan masih SD. Ini adalah salah satu tumpuannya untuk hidup. Sayangnya, ia tidak memiliki lahan untuk berkebun kecuali meminjamtanah milik Abun. Pegusaha yang memiliki banyak tanah.
Rumah Sawah – Di belakang parit beton yang sudah kekeringan air, rongsokan kayu dari hunian pondok bekas sawah ini merapuh dan rusak karena hanya menjadi sisa-sisa bukti bahwa di sini dulunya, pernah terbentang sawah luas yang melahirkan padi-padi kuning milik bapak dan Ibu petani. Kawasan ini terletak di pinggir jalan ketika memasuki lebih dalam jalan Padat Karya, Kelurahan Sempaja Utara. Hampir semua kondisinya sama, jika menoleh ke kanan dan kiri. Rumah-rumah hanya beberapa. Sisanya adalah lahan tidur, yang setiap 500 meter biasanya tertulis “tanah ini dijual”.
Perluasan Sawit – Untuk perluasan perkebunan sawit, masyarakat melakukan penebangan pohon agar lahannya dapat ditanami sawit. Sehingga perluasan perkebunan sawit memiliki hubungan yang sangat erat dengan penebangan hutan.Hal ini, mengancam keberlangsungan tanaman yang ada di sekitar sawit, sebab rakus air.
Tambang Batu Gunung – Selain tambang batubara, tambang batu gunung juga marak terjadi di Sempaja Utara. Ini banyak dilakukan oleh perorangan dan terhubung dengan pemerintah kota Samarinda untuk proyek-proyek pembangunan. Tambang batu gunung juga menyumbang kerusakan lingkungan seperti banjir, karena gunung-gunung banyak yang dikeruk dan digali.
Kios – Dulunya, lokasi ini adalah gunung-gunung yang ditumbuhi rimbunan semak dan pohon.Namun, satu persatu kios dan pedagang mulai datang membuka warung sejak 3 tahun terakhir, bertepatan dengan harga batubara mulai anjlok dan terjadi
Warung – Dulu waktu ibu jualan, gorengan saja bisa laku Rp.100.000,- perhari. Ramai orang beli. Sekarang susah betul mau jualan, pembelinya tidak ada, sepi pang” keluh Ibu RH. Warungnya sepi pembeli sejak satu tahun terakhir bertepatan dengan masa krisis yang terjadi di Samarinda sejak pemangkasan dana dari pemerintah pusat. Karena itu, ia kadang ia memilih tidak berjualan.
Batu Bata – Batu-bata Ibu KH, yang biasanya laku 40.000 batang dalam seminggu, kini 30.000 batang harus menunggu 3 bulan baru habis. Beberapa rumah produksi batu bata tutup dan bangkrut. Merka beralih menjadi kuli bangunan sejak 1 tahun terakhir, bertepatan dengan defisit anggaran di Samarinda.
Posyandu – Posyandu yang tiap bulan rutin dilakukan di Pinang Seribu, Kelurahan Sempaja Utara. Kegiatan ini melibatkan Ibu PKK. Namun, tidak semua perempuan terangkul dalam kegiatan ini. Pelayanannya pun hanya terkonsentrasi oleh masyarakat yang tinggal di sekitar posyandu.Informasi mengenai pelayanan posyandu tidak tersebar merata di Kelurahan Sempaja Utara.
Sisa Batu Bara – Sisa penanda batubara di belakang rumah Pak SL, salah satu warga kerukunan Madura di Samarinda yang tinggal di Kelurahan Smepaja Utara. Di belakang rumahnya dulu adalah bekas tambang yang menurut sepengetahuannya adalah tambang ilegal. Namun, setelah ditelusuri, masuk dalam konsesi PT Insani Bara Perkasa.
Tambang-Kebun – Lokasi tambang yang jaraknya hanya 20 meter dari kebun warga di Kelurahan Mugirejo.
Bekerja Atau Bubar – Aliansi masyarakat sipil melakukan aksi di depan Kantor Gubernur dengan tema bertajuk “bekerja atau bubar” yang ditujukan kepada Komwas Reklamasi dan Pasca tambang. Tuntutannya kepada Gubernur Kalimantan Timur untuk mendesak kinerja Komwas (Komisi Pengawas Reklamsi Pasca Tambang) agar serius menjalankan tugas hingga diperoleh hasil yang nyata untuk lingkungan dan masyarakat.
Pet – Ibu ST, salah satu karyawan Pak HR sedang melakukan pet (membersihkan bungkus plastik dari botol plastik) tanpa menggunakan kaos tangan dan masker. Padahal debu sampah beterbangan di sekelilingnya.
Sampah – Lokasi penggilingan sampah di Gang Saliki, RT 09, Kelurahan Sempaja Utara. Industri daur ulang limbah ini milik seorang pendatang dari Jawa bernama Pak HR berdampingan dengan tempat penggilingannya.
Pencucian Sampah – Proses pencucian dan penggilingan sampah plastik lebih dominan dilakukan oleh laki-laki. Mereka tidak menggunakan alat pelindung semisal masker dan kaos tangan. Air yang mereka gunakan berasal dari lubang tambang di sekitar rumah penggilingan
Bekas Tambang – Pada 8 November 2016 di Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran, dua anak bernama DM dan EK tenggelam di lubang bekas tambang batubara milik PT. Energi Cahaya Industritama. Lubang ini dulunya adalah bekas sawah milik Pak TR yang diserobot perusahaan
Lanscape Kawasan Palaran – Dari jalan raya, bisa terlihat landscape kawasan di Kecamatan Palaran yang dikelilingi oleh gunung sisa tambang batubara. Kecamatan Palaran adalah, tempat sejarah tambang batubara pertama di Kalimantan Timur pada tahun 1861
Tambang-Sawah – Tambang berdampingan dengan sawah warga di Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran, Samarinda. Sudah banyak sawah yang menjadi korban dilahap oleh tambang.
Biji Batu Bara – Biji batubara di stockpile (tempat penampungan) kelurahan Sempaja Utara yang diangkut dari kelurahan Sungai Siring untuk dibawa menuju ke daerah perbatasan Samarinda-Kutai Kertanegara
Lanscape Sempaja Utara – Seperti inilah lanscape di Sempaja Utara ketika hendak memasuki wilayah kampung Sempaja ujung hingga ke kampung Berambai, Sempaja Utara. Tanah dan batu alam yang ditambang dari gunung digunakan untuk bahan material bangunan. Gunung menjadi gundul. Tambang merajalela di mana-mana.
Kupas Kemiri – Ibu SG sedang mengupas kemiri hasil panen dari kebunnya. Mereka adalah pendatang dari Jawa yang menetap di Sempaja Utara sejak tahun 2003. Dulunya mereka tinggal di sekitar jalur hauling batubara yang melintasi Sempaja utara untuk diangkut ke Kutai Kertanegara. Namun, karena sering terpapar debu, akhirnya mereka pindah di jalan poros Sempaja Utara.
Ternak – Ibu NR bekerja memelihara sapi dan menjaga tanah milik Andi SP, orang Aceh yang kini menetap di Samarinda yang juga bekerja di Dinas PU. Mereka digaji setiap bulan oleh majikannya, sebagai imbalan atas jasanya menjaga sapi dan tanah. Ia terisolasi dari kehidupan kota. Sebab hanya rumahnya yang berada di salah satu jalur hauling di RT 34 dan berjauhan dengan tetangga yang lain. Hiburannya setiap sore hanyalah menjaga dan memberi makan sapi
Berbagi Pengalaman – Ibu RM, salah satu ibu korban tambang yang anaknya meninggal di lubang tambang bernama MR pada 22 Desember 2014. Melakukan sosialisasi di sekolah, dan berbagi pengalaman kehilangan anak kepada anak-anak seumuran anaknya.
Berbagi Pengalam Di Sekolah – Terdapat beberapa lubang tambang batubara yang belum direklamasi di sekitar sekolah dan berada di sekitar pemukiman penduduk tanpa ada kawat pembatas dan papan peringatan. Sehingga anak-anak ini disuruh berjanji pada diri sendiri dan Tuhan agar tidak bermain di lokasi tambang yang membahayakan.