Harwati yang kerap disapa Har adalah seorang ibu dari 2 orang anak. Ia merupakan salah satu warga terdampak semburan lumpur lapindo, PT. Brantas Inc, yang terjadi pada 29 Mei 2006, tepat 15 tahun lalu. Jarak antara Desa Siring, tempat tinggalnya dengan pusat semburan lumpur berkisar 10 km. Akibat peristiwa tersebut Lebih 25 ribu jiwa mengungsi, dan 8.200 jiwa terpaksa dievakuasi karena kampung mereka sudah tak bisa ditempati, rumah tenggelam oleh lumpur belum lagi dampak semburan lumpur terhadap kesehatan akibat menurunya kualitas udara dan air secara drastis.
Masyarakat terpaksa meninggalkan kampung. Mereka hanya diberi pilihan ganti rugi dalam bentuk jual beli aset tanah dan bangunan tanpa memperhitungkan dampak non material serta kesulitan lainnya yang dialami oleh warga. Jika tidak bersedia, mereka tak punya apa-apa untuk bertahan hidup. Tak hanya hanya kehilangan harta benda, Harwati dan warga Porong selama …. . setelah semburan lumpur harus hidup di pengungsian, dipisah paksa dari kenangan hidup di kampung.
“Tanah air menghubungkan saya dengan leluhur. Tanah air menghubungkan manusia dengan alam karena kita butuh keduanya. Saya teringat saat masih kecil, sebelum sungai porong terendam lumpur, saya mandi dan bermain di ……
Sungai dan Mata Air Rusak, Kesehatan Terganggu
Sungai Brantas, Porong yang merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat kini menjadi tempat buangan semburan lumpur Lapindo. Bahkan perempuan membutuhkan atau berhubungan lebih banyak dengan suber-sumber air karena peran pengasuhan dan domestik yang dibebankan kepada mereka pada masyarakat Jawa Timur umumnya. Air tak hanya dibutuhkan untuk memasak, mandi, dan mencuci, namun perempuan membutuhkan air lebih banyak berkaitan dengan peran-peran reprodusinya seperti saat haid, nifas dan saat melahirkan.
Semburan lumpur yang terus menerus juga mencemari lingkungan sekitar dan menyebabkan gangguan Kesehatan seperti infeksi saluran kemih dan penyakit lainnya. Banyak perempuan yang mengalami penyakit kanker rahim dan kanker payudara. Sedangkan lansia dan anak-anak rentan terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), bahkan bayi yang baru lahir mengalami kekurangan gizi, sebab kondisi lingkungan di Porong sudah tercemar.
Memastikan Lingkungan yang Aman
Bencana lumpur lapindo 15 tahun silam memberi dampak psikologi, ekologi, ekonomi, dan social, Harwati bersama perempuan lainnya di Sidoarjo. Ia kehilangan suaminya 2 tahun setelah bencana tersebut karena kanker, selang beberapa tahun kemudian, kedua orang tuanya menyusul. Tidak hanya kehilangan keluarga, Harwati juga harus kehilangan hak-hak sebagai warga. Salah satunya hak memeriksakan kesehatan akibat pencemaran. meski memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), data kependudukannya bersama warga terdampak di tingkat kabupaten maupun provinsi tidak ada lagi. Sehingga tidak semuanya bisa mengakses layanan Kesehatan.
Harwati mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan menjadi salah seorang ojek tanggul. Ia dan Ar-Rohmah – organisasi ……. yang dipimpinnya berusaha membantu keluarga penyintas lumpur Lapindo mengakses layanan Kesehatan yang tidak mudah didapat. Ia berkeliling desa untuk mendengarkan cerita dan mengumpulkan informasi dari sesama korban. Menyambungkan silarturrahmi yang terburai sejak semburan lumpur. Ia bercakap dari satu warga ke warga lain untuk berjejaring dengan para perempuan di desa-desa terdampak untuk berkelompok dan mengelola bahan pangan agar layak dikonsumsi. Mereka bertanam organik dan menggunakan metode pemulihan lingkungan memastikan kandungan logamnya aman bagi manusia, juga mempraktekkannya pada perikanan. Mereka juga mengadakan pemeriksaan terhadap kualitas udara dan air sekitar kampung, sehingga mereka bisa mengambil langkah-langkah menjaga kesehatan dan keamanan social mereka.
Informasi Terkait:
Tempo.Co, Ketidakjelasan Ganti Rugi Lapindo Terhadap Warga Terdampak
Petrus Riski, Pemulihan Hak Warga Porong Belum Tuntas
Cantika Adinda Putri, Update Kasus Lapindo: Utang Bakrie ke Negara belum lunas
Ghinan Salman, Update Nasib Warga Terdampak Lapindo
CNN Indonesia, Warga Porong Kesulitan Mengakses Layanan Kesehatan