Gunarti seorang Kartini Kendeng yang berjuang melestarikan Ibu Bumi dan tergabung dalam kelompok Kendeng Lestari. Ibu Gun, dibesarkan dalam adat Sedulur Sikep yang memiliki prinsip bumi selayaknya ibu yang harus dilindungi sebagai pemberi kehidupan.

Di tahun 2008 saat pertama kali mendengar PT. Semen Gresik (sekarang PT. Semen Indonesia) akan membangun pabrik di Sukolilo-Kawasan pegunungan Kendeng. Ibu Gun mulai berjalan dari desa ke desa untuk menggugah hati ibu-ibu Kendeng agar dapat mempertahankan Ibu Bumi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut memegang Izin Usaha Pertambangan batu gamping dan tanah liat yang akan mengancam  7 desa sekitar Pegunungan Kendeng. Warga Kendeng yang tersadarkan akhirnya melawan dengan menggugat perusahaan dan juga melakukan aksi yang mengakibatkan 9 orang ditangkap aparat dan ditahan selama 5 bulan. Padahal tidak ada satupun bukti yang menunjukkan mereka bersalah. Pahit getir yang dirasakan warga Kendeng akhirnya terselesaikan dengan putusan MA yang memenangkan warga di awal tahun 2009, PT. Semen Indonesia pun akhirnya mundur dari Sukolilo.

Pemerintah berikan izin pertambangan lagi, perjuangan belum berakhir.

Namun, di pertengahan 2010, Pemerintah Provinsi kembali mengeluarkan izin pendirian PT. Indocement di Kecamatan Kayen dan Tambakromo. Letak dua kecamatan ini tidak jauh dari Kecamatan Sukolilo, dan masih di kawasan Gunung Kendeng. Warga yang kebingungan dengan tindakan pemerintah pun akhirnya kembali melakukan perlawanan. Menggugat perusahaan di PTUN Semarang, menjalankan banding di PTUN Surabaya, sampai dengan Peninjauan Kembali MA. Kemenangan mereka dapatkan namun, kegiatan pabrik semen di gunung Kendeng tetap beroperasi. Sampai putusan kasasi di MA justru memenangkan PT. Indocement pada tahun 2017 dan Pemprov Jawa Tengah yang kembali memperpanjang izin lingkungan yang sebetulnya sudah kadaluarsa.

“Silahkan bawa pulang kemenangan. Tapi Tanah Air-Sawah akan tetap menjadi milik kami dan sampai kapanpun tidak akan kami jual untuk PT. Semen atau PT. lainnya”

Kawasan karst Kendeng sumber kehidupan warga.

Perjuangan ini mereka lakukan demi menjaga keseimbangan  ekosistem yang akan rusak jika tambang berdiri di tanah tersebut. Kawasan karst Kendeng memiliki sumber air bawah tanah yang biasa digunakan warga untuk pertanian, peternakan dan kebutuhan hidup. Jika kawasan itu rusak. Maka sumber air akan hilang begitupun dengan kehidupan mereka.

Kesempatan menghasilkan kekecewaan, perjuangan terus berlanjut.

Selain menempuh jalur hukum, warga Kendeng juga melakukan aksi-aksi lain seperti melakukan kenduri lingkungan dengan membawa makanan dan melantunkan geguritan (puisi). Warga Kendeng juga melakukan kegiatan panen raya dengan beberapa petani turun ke sawah. Menunjukan betapa suburnya lahan pertanian mereka. Pada tahun 2017 Gunarti memiliki kesempatan bertemu Presiden Jokowi, melalui rombongan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang diundang ke istana negara. Gunarti datang dengan maksud membawa pesan dari Kendeng untuk Jokowi. Namun sayang, hanya kekecewaan yang didapatkan. Presiden yang menjadi ujung tombak perlindungan warga Kendeng justru mengembalikan semua keputusan kepada pemerintah provinsi yang jelas-jelas berada di pihak perusahaan pabrik semen itu. Namun, warga Kendeng tidak menyerah, mereka tetap gigih dan semangat. Mereka yakin bahwa Ibu Bumi harus dijaga agar tetap lestari, karena Ibu Bumi kita bisa hidup.