Catatan Etnografi

AIR & TANAH GAMBUT Hubungan Air Lahan Gambut Terhadap Perempuan Desa Nusantara

Keterikatan air dan tanah adalah hutan. Akar pohon pada tanah manfaatnya menyerap air serta garam mineral, bagi air dalam tanah. Disini saya ingin menulis tentang hubungan tanah dan air di mana ada manusia, hewan dan tumbuhan di dalamnya. Tanaman yang dulu ada sekarang sudah tidak ada lagi, habis ditebang oleh warga, berdasarkan kisah tetua desa. Mbah Nang dan Mak Sri, desa Nusantara dulunya merupakan hutan dengan pepohonan lebat. Jalan yang membelah desa belum ada, hanya ada alan setapak dan semak belukar.[content_protector password=”12345″] Baca Selangkapnya ⇒ Catatan Etnografi 16_Rina_160516[/content_protector]

Ekonomi Hutang Biaya Produksi Pertanian Nusantara

Berdasarkan pengamatan saya, proses produksi pertanian selalu menanggung biaya produksi sedari tahapan penyiapan modal, penyiapan lahan, masa tanam, masa perawatan, masa panen hingga paska panen. Seluruh proses produksi pertanian ini dikerjakan baik laki-laki maupun perempuan. Di sini, saya ingin menuliskan proses belajar dari dua kali pertemuan bersama perempuan desa Nusantara, mengenai awal mula bertani yaitu modal.[content_protector password=”12345″] Baca Selangkapnya ⇒ Catatan Etnografi 15_Rina_160516[/content_protector]

Ibu Petani & Sawahnya

Angin di bawah pondok, memaksaku memejamkan mataku karena di buai suara angin. Anak padi melambai, bau karat menyeruak ke daerah penciuman. Tapi hanya sedikit kalimat yang bisa kuungkapkan dengan melihat dan merasakan angin segar di tengah sawah. yang begitu luasnya seakan karpet permadani hijau membentang menyambut sang dewi padi untuk tumbuh di sana. Menguninglah wahai kau anak padi sang dewi kelak, sehingga mereka ayah ibumu akan merasakan panen raya.[content_protector password=”12345″] Baca Selangkapnya ⇒ Catatan Etnografi 14_Rina_160516[/content_protector]

Wajah Petani Nusantara

Komunitas Masyarakat Pengelola rawa dan Gambut, itu yang akan menjadi nama komunitas seluruh petani yang mengelola lahan gambut di Air Sugihan. Komunitas ini dibentuk atas dasar kebutuhan untuk menyambut hari pangan 2016 dengan rencana menghadirkan Menteri Pertanian di Desa Nusantara Air Sugihan, meski yang datang pada
akhirnya staf ahli menteri-menteri bidang pembangunan dan kemasyarakatan desa pembangunan daerah tertinggal. Tujuan kedatangan staf Menteri ini adalah salah satunya dengan harapan status tanah sengketa antara perusahaan dan petani ini menjadi hak masyarakat petani.[content_protector password=”12345″] Baca Selangkapnya ⇒ Catatan Etnografi 13_Rina_160516[/content_protector]

Proses Produksi Sawah Gambut

Soeharto tak kekurangan akal, jika di masa kolonial ada kuli kontrak, pemerintah orde baru menggelar program transmigrasi. Ratusan ribu orang Jawa, Bali, Nusa Tenggara, diberangkatkan menuju hutan hutan gung liwang liwang di sumatera-kalimantan-sulawesi. Atasnama pembangunan, bulldozer, tentara, polisi, dikerahkan demi memuluskan programtransmigrasi dan pembukaan kebun-kebun secara massif di luar pulau jawa ini.[content_protector password=”12345″] Baca Selangkapnya ⇒ Catatan Etnografi 12_Rina_160516[/content_protector]

Hari Bumi Dan Kartini Untuk Pertiwi

Selamat hari Kartini untuk perempuan se-Nusantara Indonesia. Tidak perlu memakai kebaya untuk menjadi perempuan „Kartini‟ toh. Selamat hari bumi untuk ibu pertiwi, bumi yang porak-poranda. Tanah, hutan, gunung, lautan serta manusianya dibinasakan oleh orang-orang rakus. Semuanya demi dunia serba instan dan telunjuk saja (Android, main geser). Segala yang instan, seperti ikan di kaleng, buah di kaleng, bumbu masakan di kaleng bahkan oksigen dalam kaleng.[content_protector password=”12345″]Catatan Etnografi 5_Rina_Edit Didik & Dayah[/content_protector]

Nusantara Lumbung Petani Bagi Lambung

Sungai Musi di seberangi jembatan Ampera, sungai Siak jembatan Siak1. Terbentang jembatan menyeberangi kampung ke kampung, penghubung kampung hulu ke kampung hilir. Sungai musi mengalirkan arus air hingga membawaku ke tanah surga lumbung petani bagi lambung.

Desa Nusantara dalam sejarah adalah desa eks transmigrasi pada tahun 1982, dan merupakan daerah dataran rendah serta rawa-rawa. Secara geografis, Desa Nusantara terletak di bagian Selatan kota kecamatan yang berjarak 2 Km dari Ibu Kota kecamatan. Jumlah penduduk Desa Nusantara cenderung meningkat karena tingkat kelahiran lebih besar daripada kematian. Selain itu penduduk yang masuk lebih besar dari penduduk yang keluar. [content_protector password=”12345″]Catatan Etnografi 3_Rina_Edit Didik & Dayah[/content_protector]

Serasi Hidup Bersama Manusi Dan Tuhan

Mereka hidup dengan kasih sayang dari tuhan, dengan mengamalkan pemahamanAl-kitab yang mereka baca setiap hari kebaktian Kamis dan Minggu. Mereka percaya Tuhan akan membayar jerih payah mereka di surganya kelak. Mereka percaya Tuhan yang akan membalas kerakusan, ketidakadilan orang-orang kaya tamak. Mereka saling mengasihi sesama umat dan sesama manusia. Mereka mengasihi pada orang yang membutuhkan tanpa melihat status agama dan jenis
kelamin.[content_protector password=”12345″]Catatan Etnografi 4_Rina_Edit Didik & Dayah [/content_protector]

Talang Nangka: Negeri Si Pahit Lidah, Si Empat Mata & Kriye

Alkisah, Si Pait Lidah atau Seruling Sakti adalah orang yang mengubah lautan di daerah Perigi. Dulunya, daerah desa Perigi dan sekitarnya adalah lautan. Si Pait Lidah terkenal dengan kutukan-kutukannya yang melegenda. Tiap kutuknya akan menjelma nyata. Bukti-bukti dari tajamnya lafadz si Pait Lidah dipercaya oleh warga desa Perigi berada di desa bukit batu, kecamatan Pangkalan Lampam. Ada batu penganten, kolam batu bidadari, batu lesung, batu gajah, batu Ladung. Semua bentuk batu tersebut persis dengan namanya. Semisal batu penganten, diceritakan bahwa pada saat itu ada yang menikah, sedang dibuat keramaian. Si Pait Lidah minta di jemput untuk datang ke pesta tersebut tapi semua penduduk sedang berpesta tidak ada yang bersedia. Akhirnya, Si Pait Lidah mengutuk mereka menjadi batu. Daerah lautan ini pun menjadi daratan, begitu juga degnan semua warga yang sedang berpesta berubah menjadi batu. Sepasang pengantin tadi menjadi batu, inilah muasal Batu Pengantin di desa Bukit Batu, Kecamatan Pangkalan Lampam, Sumatera Selatan. [content_protector password=”12345″] Catatan Etnografi 1_Aisa [/content_protector]

Plasma Tanpa Inti, Sebuah Anomali

Plasma tanpa inti. Begitu yang Mas Bay ceritakan kepada saya ketika kami berdiskusi tentang Muara Kaman dan Konsesi Sawit yang mengelilinginya. Saya tidak memahami secara menyeluruh apa yang dimaksud dengan Plasma tanpa inti. Bukankah Kebun plasma adalah representatif dari kebun inti, atau dengan kata lain Plasma hadir sebagai pendukung Inti. Adalah BTMU (Bina tani Muara Kaman Ulu) koperasi yang dibentuk untuk mengelola kebun Plasma seluas 545 Ha, milik PT SKL (Sawit Kaltim Lestari). Kebun ini adalah gabungan dari tanah-tanah yang dimiliki oleh warga Muara Kaman yang dulunya beraktivitas tanam disana. Ada….orang yang mempunyai kaplingan-kaplingan di tanah tersebut dengan besaran hektar yang berbeda-beda. Seperti biasa, perusahaan sawit datang dikemudian hari dan ingin mengubah bentang alam lahan behuma yang semula menanam beragam jenis tanaman tersebut, menjadi satu jenis tanaman kecil itu saja. [content_protector password=”12345″]Catatan Etnografi 10_Rassela Malinda [/content_protector]