Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air, akan menjadi momentum bagi perempuan-perempuan dari seluruh Nusantara untuk saling belajar. Melalui pameran di hari kedua, perempuan bertukar pengetahuan dan produknya sekaligus.
Pameran tersebut akan menampilkan mengenai cerita potensi desa, praktek-praktek kearifan lokal dalam menjaga kekayaan alam, upaya perempuan mengelola potensi lokal, produk-produk pangan atau kerajinan lokal, maupun pengalaman perempuan dalam partisipasi pengambilan keputusan mengelola sumber kekayaan alam.
Beberapa produk yang akan dipamerkan di antaranya anyaman pandan dan purun karya perempuan dayak punan dulau, lahan gambut Prigi Talang Nangka dan perempuan Betaua. Ada pula produk dengan bahan ikan air sungai kedang rantau dari kawasan Muara Kaman, tenun dari pulau Timor dan Flores, produk herbal dan benih Pesantren Ath-Thariq.
Hasil anyaman, baik berbahan purun, pandan ataupun rotan sebenarnya tak semata produk ekonomi perempuan. Melainkan juga menggambarkan tentang pengetahuan ekologi perempuan, tentang ekosistem dimana mereka tinggal yang dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dari waktu ke waktu. Sehingga anyaman adalah produk sosial dan ekologis sekaligus. Oleh karena itu, anyaman di tangan perempuan, mesti dimaknai tak hanya produk ekonomi, tapi juga sebuah upaya kolektif penyelamatan dan pemulihan terhadap ruang hidup rakyat.
Pameran juga diramaikan dengan foto-foto tentang krisis sosial ekologis pada desa-desa di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Tengah. Serta profil perempuan pada ragam ekosistem, mulai ekosistem gambut, dataran rendan dan pegunungan
Jambore akan lebih seru dengan adanya lomba memasak berjudul “Kuliner Nusantara, Kuliner Halaman Rumah” di hari kedua. Setelah melakukan tur pesantren, peserta akan diminta memetik jenis-jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai bahan masakan dalam lomba tersebut.
Penilaian meliputi kreativitas memasak dan menyajikan. Juri akan mempertimbakan menu yang memasaknya hanya dengan bahan bakar yang paling minim.
Sekitar 120 perempuan akan meramaikan Jambore Perempuan Pejuang Tanah Air di Pesantren Ath Thariq, Garut, Jawa Barat, 14-16 Juli 2017. Sebagian besar peserta berasal dari 16 desa seluruh Indonesia yang sedang berjuang menghadapi krisis sosial-ekologi di daerahnya.