Ani dan Nina merupakan anak muda yang tergabung dalam Komunitas Anak Sungai Rammang-rammang. Nama komunitas ini diambil dari kegiatan sehari-hari mereka yang tak lepas dari sungai yaitu bertani dan mencari ikan. Air menjadi unsur yang penting di kehidupan mereka. Masyarakat Rammang-rammang mempercayai Tanah Air memiliki arti yang sama dengan bapak dan ibu, mereka yang akan memberi dan menjaga kehidupan.

Rammang-rammang dan kekayaan alam yang dimilikinya

Wilayah Rammang-rammang dikelilingi sungai, sawah, gunung karst, dan banyaknya gua purba yang dapat menjadi tempat penyimpanan air alami. Sumber air di sana sangat dipengaruhi oleh kawasan karst, jika kawasan karst mereka baik maka sumber air akan mencukupi dan sebaliknya. Hal itulah yang membuat pemuda di sana sangat menjaga kawasan karst mereka. Kawasan karst di sana merupakan kawasan karst terluas No. 2 di dunia setelah Cina. Pada 2011 wilayah ini mendapatkan ancaman dari perusahaan marmer yang memiliki Izin Usaha Pertambangan dan nyaris menghancurkan pegunungan karst bulu barakka’ (gunung berkah) mereka. Kekayaan alam berupa batuan kapur yang dimiliki wilayah tersebut membuat mayoritas masyarakat di sana juga melakukan proses pertambangan sebagai mata pencahariannya. Namun, kegiatan tersebut sudah bertahun-tahun terhenti berkat perjuangan pemuda Rammang-rammang.

Perlawanan inovatif dan pemberdayaan masyarakat

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kawasan karst adalah dengan cara berjejaring menyelamatkan kawasan karst. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh aktivis dan pemuda Rammang-rammang adalah menjadikan wilayahnya sebagai desa wisata alam. Semakin terkenal keindahan alam Rammang-rammang menjadi salah satu strategi agar perusahaan tambang tidak kembali masuk. Masyarakat juga bersemangat untuk menghidupkan ekonomi berbasis wisata berkelanjutan. Pada 2017 kawasan karst Rammang-rammang telah dijadikan sebagai Taman Nasional Geopark. Awal 2021, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno berkunjung ke daerah ini dan meresmikannya menjadi desa wisata. Kawasan ini juga sedang dalam proses penetapan Global Geopark di Indonesia

Upaya lain yang dilakukan untuk menghentikan aktivitas pertambangan, para perempuan membentuk Kelompok Perempuan Tani (KPT). Kelompok ini bergerak sejak awal pandemi Covid-19. Diketuai oleh Ani dan sekretarisnya Nina, mereka mengembangkan pertanian alami untuk masyarakat. Terutama ibu rumah tangga yang dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayur-sayuran. Pupuk untuk pertanian ini juga diproduksi sendiri khususnya pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran Guano (Kelelawar) yang hidup di dalam gua-gua karst. KPT bersama Komunitas Anak Sungai Rammang-rammang juga memberdayakan perempuan dan remaja untuk memproduksi abon ikan hasil tangkapan sungai yang mengalir di wilayah karst. Kegiatan ini bertujuan agar perekonomian masyarakat stabil dan tidak menurun drastis selama pandemi. Tanpa menambang mereka dapat berinovasi, menjaga alam mereka, dan juga meningkatkan taraf ekonomi.