Ais Fotovoice

Jalan Masuk Jalan masuk desa Perigi, tengoklah jejeran pohon balam yang memagari tepi jalan lurus ini.

 

12 Kilo Jejak Keringat Ini adalah pangkal kanal sepanjang dua belas kilometer, hasil swadaya warga Desa Perigi, tidak ada sepeserpun bantuan dari pemerintah untuk pembangunan kanal ini. Getek –getek ini menunggu pemiliknya datang.

 

Sabuk Racun Obat NyamukMunjukkan kami jalan ke arah padi yang mulai menguning. Benda di bagian belakang itu bukan aksesoris pakaian, melainkan senjata yang digunakan mengusir musuh. Namanya, sabuk racun nyamuk. Racun Nyamuk adalah bahasa untuk obat nyamuk. Alih-alih membakarnya dan diletakkan di tanah, para pemahat balam lebih memilih memakainya di pinggang.

Ngetam RomantisIni hasil jepretan pertama RM, anak bungsu Ibu YH dan Pak SM.  Gambar ini diambil setelah dia kuyakinkan untuk memegang kamera dan menunjukkan cara mengambil gambar. Dia selalu tertawa setelah melihat  hasilnya, foto ini adalah salah satu yang paling membuat wajahnya berbinar. “Ma, Ba Ku, romantis ya Yu ! “begitu ucapnya sembari tertawa lagi. tak dirasakan panas siang ini.Ramita

 

NgetamSepatu-sepatu ini milik ibu YH dan suaminya, Pak SM. Tiap harinya, mereka selalu menggunakan sepatu yang sama untuk rutinitas mahat. Sepatu bermerek kudachi ini terkenal di kalangan pemahat karet Desa Perigi.Air yang menggenang ini juga melahirkan banyak nyamuk. Mereka harus menggunakan penutup tubuh dari kaki sampai kepala. Seperti halnya dengan rumah mereka yang berkolong, pondok di tengah sawah ini pun demikian. Jika di Desa tangganya dibuat agak miring, di pondok ini tangganya menancap tegak.Hati-hati, kau bisa campak!

Buang Rambut Acara ini  dikenal  dalam islam dengan aqikah. Jika biasanya  aqikah dilakukan dengan

Timbang Timang

Menampi Padi Sebagian warga desa Perigi  menyelesaikan proses  panen di huma, mulai dari mengetam, ngirik, menampi, dan mengarungkan padi.

Menginang Tak menginang  bagi  ‘ibuku’ ini mungkin seperti tak merokok  bagi perokok.  Ibu yahun, induk semangku, akan menginang selama ada kesempatan.

Akhir Pekan Seru Untuk sedikit menghiasi hari – hari  mereka yang lebih banyak diisi bermain, kami  sama-sama belajar setiap sabtu minggu dalam sepekan. Judulnya ini mau belajar bahasa indonesia dan bahasa inggris, tapi ‘kelas’ kecil ini bisa saja jadi ajang cerita seru. Berlomba mereka berkisah tentang apa saja yag mereka lakukan hari ini padaku . apa saja , tergantung apa yang kutanya. Terkadang, setelah selesai belajar ,  mereka akan  bertanya macam-macam pula, mulai dari kenapa permen merusak gigi sampai mengadukan kawannya yang nakal

 

Pukul 11 Siang Denyut nadi mulai ada lagi pukul sebelas siang. Kaki-kaki kecil berlarian pulang, di tepi jalan seorang perempuan memegang sungkur meratakan padi yang dijemur.

Rewangi Hajatan Gotong royong  mendarah daging pada warga desa Perigi  dengan nama ‘ Ngerewangi atau Merewangi’.  Nilainya adalah kebersamaan dan persatuan. Tiap hajatan warga desa pasti akan ditandai dengan rumah  yang ramai manusia. Di desa Perigi Talang Nangka, Proses Ngerewangi ini akan dimulai  beberapa hari sebelum  hajatan berlangsung. Biasanya, hari pertama  merewangi dimulai pada malam hari, yang ditujukan  khusus untuk mempersiapkan segala macam bumbu masak.  Kelanjutannya  akan dimulai pada keesokan siang. Sebab, petani karet selalu  memenuhi pagi mereka dengan menyadap.

Sang Juru Penentu Tiap hajatan selalu memiliki  Koki nya sendiri.  Perempuan terpilih yang duduk di posisi ini biasanya menempati urutan penting di silsilah keluarga yang  berhajat, atau paling tidak reputasinya sudah tidak diragukan lagi dalam mengolah bahan masakan.

Budak Dan JerambaBudak dalam bahasa melayu Dusun  di Perigi Talang Nangka berarti anak. Dan Jeramba adalah sejenis titian atau jembatan. Kali ini kami  bersama menyusuri  kebun balam mencari sumber-sumber air yang biasa  digunakan warga kala kemarau datang.  Perigi Talang Nangka sedang memasuki musim kering dan sebagian air di sumur warga telah mulai menyusut dan kering.Air di bawah jeramba kayu ini memang masih ada,namun untuk memperolehnya, warga harus berjalan kaki di tengah kebun-kebun balam. Jarak sumber air ini dari rumah terdekat sekitar 500 Meter.Bila ingin menggunakan pipa biaya yang dikeluarkan berkisar antara Rp.600.000,- hingga jutaan rupiah.  Namun, itu juga tak menjamin jika air yang disedot akan bebas lumpur dan hewan-hewan kecil yang ikut tersedot.

 

Tebang Pilih Pohon-pohon ini sengaja ditebang untuk memperlancar proses cetak sawah yang sedang berlangsung semenjak awal mei di desa Perigi.  Batang kelapa dimaksudkan untuk mengeraskan tanah gambut yang akan dlalui buldoser  agar sampai pada lokasi  yang telah  ditentukan.  Pohon-pohon kelapa ini milik warga   desa Perigi yang  dibeli  seharga seratus ribu rupiah per pokoknya.  Ada sekitar tiga puluh delapan pokok kelapa yang ditebang pada pertengahan Mei 2016 ini jumlahnya terus meningkat seiring kebutuhan proses cetak sawah ini.

Kanal Dan Alat Berat Satu unit alat berat yang akan masuk ke lokasi cetak sawah di Pulau Sepanggil.  Alat berat ini baru saja tiba dari Palembang kemarin, rabu, 27 Juli 2016.  Di Tepinya, warga Desa tetap melakukan aktifitas  menangkap ikan seperti hari biasa. Lokasi: Kanal swadaya Perigi Talang Nangka

Kanal Dan Perempuan Nah, ibu ini menggunakan perahu sebagai sarana untuk menyusuri kanal dan mencari ikan.Lokasi:Kanal swadaya  Perigi Talang Nangka

Dibawah Lindungan Bendera

Luka-Luka GambutKanal sepanjang duabelas kilo swadaya masyarakat  yang membelah lahan gambut ini rupanya belum cukup. Dalam proses cetak sawah, masih pula ditambah dengan parit  di tiap 30 Meter.   Bisa dilihat Kanal Swadaya ada di sisi kananmu,  Parit terbaru di sebelah kiri, hanya dipisahkan potongan batang kelapa. Lokasi : Kanal swadaya Desa Perigi Talang Nangka  yang masuk dalam lokasi cetak sawah 100 Ha.

 

Perigi KeringAgustus datang dengan teriknya. Mata air mulai  kering. Dan kesulitan air bersih mulai  terasa. Salah satu sumur warga yang telag kering tampak di gambar ini. Air di dasar sumur telah bercampur lumpur dan dedaunan. Perigi (sumur) ini sudah kering.

Rp.900/KiloSalah satu warga Desa Nusantara telah memanen sawit dan siap di jual. Harga per kilo  hanya Rp 900.

KARAT AIRDi lahan sawah tadah hujan warga Desa Nusantara, ditemukan ‘air karat’ yang menggenang di beberapa tempat di luasan lahan ini. keadaan ini serupa dengan keadaan lahan cetak sawah Desa Perigi Talang Nangka, padahal masih dalam proses ‘diratakan’ dozer. Lokasi: lahan sawah tadah hujan Desa Nusantara.

 

Pagi Idul Adha Di Perigi Talang Nangka

Angkat Tangan

Kanal Swadaya Perigi

Perdana Cetak Sawah Hari  Seremonial Tanam Perdana Cetak Sawah Perigi Talang Nangka

Cetak Sawah Lahan sawah sonor setelah proses LC pada proyek cetak sawah skala  Mei-September 2016.Transformasi Tata Guna Lahan Desa Perigi Talang Nangka , Lokasi di Kanal Swadaya Warga  Desa Perigi Talang Nangka

Lahan Padi SonorLahan sawah sonor Desa Perig Talang Nangka pada Maret 2016.Transformasi Tata Guna Lahan Desa Perigi Talang Nangka ,Lokasi di Kanal Swadaya Warga  Desa Perigi Talang Nangka (Maret-September 2016)

Lahan Tanam Meski hampir melewati musim tanam tahun ini,  masih ada warga desa yang membuka  lahan untuk bertanam padi . Namun, karena warga tak dapat lagi  bersonor sebab larangan membakar  lahan dari pemerintah, maka salah satu warga di Perigi  memutuskan membuka lahan dengan menebas tanaman karet tua dan mengalih-fungsikannya menjadi lahan sawah.  Dalam proses pembukaan lahan, mereka tetap membakar, namun dalam skala kecil dan sedikit, biasanya kayu atau semak-semak akan dikumpulkan di beberapa titik berbeda, dan dibakar secara terpisah. Hal ini guna mencegah meluasnya api.

Menugal Menugal adalah  membuat lubang tanam. Proses menugal dalam bentuknya adalah proses sosial di Perigi Talang Nangka. Si empu lahan akan mengundang warga lain untuk ikut dalam  menugal. Namun, proses ini membutuhkan biaya yang cukup banyak sebab si empu lahan  akan menyediakan makanan bagi warga yang ikut. Dengan harga karet rendah seperti tahun ini, menugal tak lagi dapat dilakukan dengan mengundang banyak orang

Tabur BibitMenabur bibit  banyak dilakoni oleh perempuan, meski ada pula laki-laki yang ikut ambil bagian menabur benih.

Ekonomi SampinganPemilik warung ( yang mengulek sambal )- Bi Fu, terkaget-kaget keitka difoto. Selain menyadap karet, Bi fu juga membuka warung kecil di depam rumahnya. Biasanya ia menjual jajanan  lokal seperti tekwan dan model, juga pisang goreng dan pem-pek sayur, serta aneka rasa es.

Jemur PadiSebab, musim sering bikin sakit kepala karena tak tentu datangnya,  padi-padi ini akhirnya dijemur dan akan berakhir di wajan.

 

Menggendong NasibIbu tua ini tinggal  di bagian belakang kampung. Tiap kali kulihat selalu pulang dari kebunnya sendirian, tiap kali pula ku lewati pintu rumahnya selalu tertutup meski magrib baru saja beranjak. Tak berani aku mengetuk, tak ingin kenyamanan beristirahat terganggu oleh keinginan praktis ini. namanya? Aku ingin dengar sendiri dari mulutnya.

 

Rehat Sore Para perempuan Talang Nangka sedang rehat sore di gardu dekat warung jajanan.