Catatan Etnografi

Mencari Ikan Di Liang Buaya

Pandangan Pertama
Perjalanan menuju Liang Buaya menghabiskan waktu kurang lebih 6 Jam dari Kota Samarinda. Rute yang kali ini ditempuh melewati Sebulu (Jalan sawit) – Muara kaman – Desa Liang Buaya. Perjalanan ditemani oleh tiga orang kawan, yang pertama adalah kawan Mareta Sari yang merupakan aktivis JATAM Kaltim, beliau juga merupkan asisten asssessor di Desa Liang Buaya bersama Melly Setyawati. Kehadirannya akan sangat membantu saya untuk mengenal dan dikenali masyarakat Desa. Sedang dua orang lainnya, adalah kawan pencinta alam dari Planktos Universitas Mulawarman, kesukaan mereka menjelajahi alam mendorong mereka untuk berangkat ke Desa surga ikan air tawar ini.

Baca Selengkapnya Download  [content_protector password=”12345″]Document: Catatan Etnografi 1_Rassela Malinda_030316 [/content_protector]

 

Berkenalan dengan Timor

“Soe itu dingin, Nausus lebih dingin lagi,” begitu kata teman saya saat saya hendak berangkat ke Timor. Sampai di Kupang, udara tidak ada dingin-dinginnya tentu, karena disini dataran rendah pinggir pantai. Yang baru bagi saya adalah angin terasa kering. Di Bandara, saya hanya dapat berbincang sebentar dengan Mbak Mai, dan baru saja injak kaki di sini, saya sudah melakukan kesalahan.

Baca Selangkangkapnya  [content_protector password=”12345″]Download Document: Catatan Etnografi 1_TC_100516_Edit Tata&Nila

[/content_protector]

Pejuang dan Perjuangan

Sendiko dawoh,,,kali ini aku mau menceritakan sedikit pengalaman dan kegiatanku di desa Nusantara, apa yang aku dengar, aku lihat, aku cicip, aku raba dan aku rasakan secara hati nurani. Hari-hariku lebih banyak membantu ibu Lilis dan Bapak, seperti bantu jualan ibu di warung, pergi kepasar mingguan di desa sebelah, masak, ngangon kambing, dan pergi ke sawah. Cuaca di sini pun tidak bersahabat, sehari panas menyengat, sehari kemudian hujan sepanjang hari. [content_protector password=”12345″]Selengkapnya ⇒  Catatan Etnografi 2_Rina_PEJUANG DAN PERJUANGAN[/content_protector]

Mengenal Nusantara

Pertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Palembang seorang diri. Setelah sebelumnya melakukan perjalanan dua kali menggunakan pesawat dari Pekanbaru, selanjutnya transit di Batam, dan menuju Palembang. Tak ada isak mengantarku ke Bandara karena sebelumnya kepergian telah dilepas mamak di Kampung. Restu dan do’a beliau mengiringi langkahku. Semoga kepergianku menjadi penanda untuk keluarga yang lain: abang-abangku, kakak ipar, dan keponakanku agar bisa menjaga mamak dengan baik.[content_protector password=”12345″] Baca Selangkapnya ⇒ Catatan Etnografi 1_Rina_Mengenal Nusantara [/content_protector]